Lihat ke Halaman Asli

Mirah Delima

Belajar dan Mendengarkan

Toxic Positivity-mu Itu Positif?

Diperbarui: 20 Agustus 2021   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ungkapan Toxic Positivity/dokpri

Toxic Positivity-mu Itu Positif?

Positif. Kata yang ‘menarik’.

Apalagi di masa pandemi, positif Covid-19 bukanlah kabar yang menggembirakan sekarang ini. Ketika kita mendengar negatif itulah membuat kita sedikit lega. Tentu berbeda ketika seorang suami mendapat kabar melalui selualrnya, sang istri ternyata positif hamil. 

Penantian yang diharapkan buat seseorang atau mereka mendambakan keturunan. Perasaan senang dan emosi positif terpancar dari responnya, menjadi seorang ayah dan ibu. Harapan dan doa yang menginginkan anak dari membentuk sebuah keluarga.

“Kamu harus berpikir positif menghadapi masalah ini.”

“Kuatlah, jangan menjadi seperti anak kecil. Masalah boleh berat, namun ngga perlu menjadi cengeng.”

“Temen-temenmu cuma bercanda. Itu biasa…ngga perlu didengar apalagi serius menanggapinya.”

“Memang menjalani kehidupan ini ngga mudah, semua orang juga tau. Cobalah kamu berpikir positif lagi, pasti ada hikmah yang kau dapatkan.”

Thinking Positive Thoughts

Kita terbiasa mendengar istilah, kalimat, ungkapan dan ajakan agar kita berpikir positif. Ketika ada hal-hal atau rencana yang tak sesuai dengan harapan. Ketika mengalami masa sulit, kemalangan, melakukan kesalahan atau berkeinginan untuk melupakan sesuatu kejadian atau peristiwa yang dialami. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline