Peluk...
Hari ini akhirnya aku bisa memeluk teman baikku yang sudah kuanggap adik.
Setelah sekian bulan kami hanya bisa berbicara terhalang jeruji besi. Hanya bisa memegang jari tangannya dan waktu bertemu yang terbatas.
Dia yang menjadi terhukum atas kesalahan yang dilakukannya hingga harus menerima akibat terpisah dari orang-orang yang dicintainya yaitu suami, anaknya yg masih balita, keluarganya dan sahabat-sahabatnya termasuk aku.
Persahabatan kami tahun ini sedang diuji disaat kami sedang merasakan indahnya persahabatan. Dia di belakangku bahkan keluarganya melakukan kesalahan fatal dan untungnya tidak melibatkan ku. Namun disitulah aku diuji apakah memilih menghakimi dan kemudian meninggalkannya atau tetap bersamanya dan terus memberikan support padanya,
Aku memilih yang kedua.
"Sahabat sejati akan muncul dan menghibur di saat kita hancur, bukan malah kabur di saat kita lebur."
Aku tidak ingin kabur dari dia yang kini tengah hancur lebur hidupnya yaitu sahabatku. Karena banyak hari-hari dan kenangan baik yang kulalui bersamanya sebelum dia salah melangkah.
Setiap jadwal kunjungan seminggu dua kali yang kulihat dia berusaha mati-matian di depanku menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Dia selalu tampil ceria walau sesekali air mata keluar.
Namun akhirnya aku bisa memeluknya disaat menjelang sidangnya yang pertama.
Saat itu kami mendapatkan kesempatan untuk bertemu tanpa terhalang jeruji besi.