Hari itu di minggu pagi, dalam perjalanan dari rumah sahabat saya di Bekasi ke tempat menunggu angkutan umum tak sengaja saya bertemu kakek penjual mainan tradisional dari bambu. Meski di toko online banyak dijual namun pedagang keliling yang menjual mainan tradisional di saat sekarang memang sulit ditemui di kota-kota besar khususnya. Biasanya sering menemukan penjual mainan ini ketika berlibur ke Jogjakarta, Jawa Tengah dan daerah sekitarnya.
Di masa sekarang ketika kemajuan teknologi semakin pesat, permainan anak-anak didominasi oleh permainan modern dan terutama adalah mereka lebih sering bermain game entah itu di handphone ataupun di konsol mainan. Anak-anak sekarang belum tentu mengetahui mainan-mainan tradisional ini. Karenanya sangat salut sekali ketika masih ada penjual mainan keliling terutama di kota-kota besar.
Namanya Pak Awad, beliau dari Karawang dan menjual mainan bambu yang beliau dapatkan dari kawannya yang berasal dari Yogyakarta. Sebelumnya selama belasan tahun beliau menjual mainan dari plastik namun di tahun ini beliau beralih berjualan mainan dari bambu. Biasanya beliau berjualan dengan berjalan kaki ke daerah perumahan ataupun daerah rumah penduduk di sekitar Bekasi Timur.
Pak Awad menjual tiga jenis mainan bambu tradisional. Yaitu Gasing Bambu, Othok-Othok Bambu dan Sempritan bunyi burung yang masing-masing dijual seharga 15 ribu untuk gasing dan 5 ribu untuk othok-othok dan sempritan.
Gasing bambu adalah mainan yang tentunya terbuat dari bambu dan diberi sedikit lubang pada sisi gasingnya. Sehingga ketika gasing diputar, dari udara yang masuk ke lubang sisi itu akan mengeluarkan suara seperti suara suling. Jadi gasingnya berputar sambal mengeluarkan suara.
Othok-othok bukan hanya berupa mainan berbentuk perahu yang terbuat dari seng yang kemudian mengeluarkan bunyi tapi juga ada yang terbuat dari bilah bambu dan terdapat drum kecil yang ketika diputar berulang-ulang, pengait dari bilah bambu ke drum itu akan mengeluarkan bunyi.
Sempritan burung bisanya terbuat hanya dari satu bambu, namun yang saya jumpai kemarin berbentuk dari dua bilah bambu karenanya sering disebut sempritan double. Menurut Pak Awad, sempritan ini sekarang banyak digunakan oleh masyarakat yang memelihara binatang burung-burung kecil.
Karena teringat masa kecil dan memang sangat jarang mendapatkan mainan tersebut secara langsung, saya pun membeli ketiga mainan tersebut. Selain buat koleksi, buat melestarikan permainan tradisional juga menjadi moment mengenang masa kecil yang bisa saya mainkan terutama sambil menunggu waktu berbuka atau disaat senggang.
Memainkannya di usia sekarang bukan karena masa kecil saya kurang bahagia tapi kita juga perlu mengenang moment masa kecil yang memang masa paling indah tanpa masalah.
Selamat mengenang masa kecil dan selamat berpuasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H