Lihat ke Halaman Asli

Mira Miew

TERVERIFIKASI

ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Ronggeng Kulawu, Kisah Seorang Gundik Peliharaan di Zaman Penjajahan Jepang

Diperbarui: 28 Agustus 2018   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Dokumentasi Pribadi

Ronggeng Kulawu. Itulah nama judul pertunjukkan teater yang ditampilkan oleh Galeri Indonesia Kaya, hari minggu tanggal 27 Agustus 2018 dalam rangka bulan Kemerdekaan Indonesia.

Teater berlatar belakang jaman penjajahan ini menceritakan tentang kisah seorang perempuan penari ronggeng dari Desa Kawalu bernama Maesaroh (diperankan oleh Maudy Koesnaedi).

Mae, begitu sosok itu dipanggil adalah seorang perempuan yang ramah, cantik dan disukai oleh orang-orang di sekelilingnya. Namun kebahagiaannya terenggut ketika Jepang menjajah Indonesia. Dia harus melepaskan mimpinya termasuk menikah dengan lelaki yang dicintainya karena bersama perempuan-perempuan pribumi lainnya diambil paksa untuk menjadi alat pemuas nafsu syahwat tentara penjajah. Mae dan perempuan lainnya diperlakukan kasar dan tidak adil oleh para tentara tersebut.

Kemudian Mae bertemu dengan Kapten Kazuo (diperankan oleh Andi Kanemoto) seorang pemimpin kompi yang menjadikannya gundik peliharaannya. Kapten Kazuo terpesona oleh kecantikan Mae. Mae diperlakukan dengan sangat baik dan penuh kelembutan oleh sang kapten. 

Foto: Dokumentasi Pribadi

Karena sang kapten pula, Mae diizinkan bertemu dengan Abah dan Kang Uja, lelaki yang dicintainya. Namun akhirnya Kang Uja tewas akibat kecemburuan Kapten Kajuo. Moment pertemuan Mae dengan Abah dan Kang Uja buat saya menjadi klimaksnya. Dialog yang disampaikan Mae begitu menyayat hati

"Meskipun diawasi tapi kami masih dapat melepas rindu
Tidak tampak amarah di mata Abah dan Kang Uja 
Saat abah mengetahui kalau saya menjadi gundik kapten Kazuo 
Hanya kepedihan dan kepasrahan 
Mreka bersyukur bahwa saya masih hidup 
Jaman melarat seperti ini, masih bisa hidup saja sudah cukup"

 "Saya bawakan beberapa liter beras dan ikan asin untuk abah 
Air matanya jatuh, panen musim ini gagal Mae. 
Kemarau terlalu panjang 
Lebih dari sebagian hasil panen harus diserahkan untuk membantu perang 
Sudah lama abah tidak makan nasi dan lauk pauk 
Sampaikan pada kaptenmu rasa terimakasih abah. 
Saya menangis sejadi-jadinya 
Hanya di jaman perang,  
Seorang ayah mengucapkan terima kasih kepada lelaki yang mempergundik anaknya 
Di jaman normal, abah dan kang Uja mungkin akan mengambil parang untuk menuntut nyawa atau pernikahan yang layak"

Betapa menderitanya pendahulu kita jaman penjajahan dulu. Masih hidup saja sudah bersyukur walaupun harus hidup dalam penderitaan.

Namun Mae bukanlah perempuan lemah. Justru dia sosok perempuan tangguh yang bertekad kuat untuk merdeka dari penjajah dan bertekad kuat untuk lepas dari segala penderitaannya. Untungnya Jepang menyerah pada sekutu dan Kapten Kazuo pun membebaskannya. Mae pun kembali menjalani kehidupan normal layaknya perempuan biasa.

Pertunjukkan teater yang berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam. Meskipun hanya menceritakan tentang kisah dua tokoh dan dimainkan oleh dua pemain namun teater ini sangat apik dan bagus. 

Menonton teater ini kita dibawa pada suasana senang maupun sedih. Maudy Koesnaedi dengan monolognya mampu mengaduk-ngaduk perasaan penonton. Lagi-lagi luar biasanya, selama 1,5 jam pertunjukkan, monolog cerita itu mengalir tanpa cacat. Dialog demi dialog diselingi oleh tarian ditampilkan dengan apik dan pas oleh Maudy. Maudy Koesnaedi ternyata hebat karena mampu menari dengan sangat baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline