Salah satu komponen penting untuk dapat hidup ditengah-tengah masyarakat adalah kemampuan mengarahkan emosi dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Goleman menunjukkan bahwa kontribusi keberhasilan IQ seseorang hanya sekitar 20% dari sisanya 80% ditentukan oleh faktor serumpun yang disebut kecerdasan emosional.
Padahal sekarang sudah bisa dilihat bahwa IQ tinggi belum tentu sukses dan belum tentu hidup bahagia. Orang yang IQ-nya tinggi tetapi karena emosinya labil dan mudah marah sering keliru dalam menentukan dan memecahkan masalah hidup karena tidak bisa berkonsentrasi.
Emosi tidak berkembang, tidak kewalahan, sering membuat perubahan dalam menghadapi masalah dan berperilaku terhadap orang lain sehingga banyak konflik.
Emosi yang kurang terproses juga mudah menimbulkan orang lain yang terkadang sangat bersemangat menyepakati apapun, namun dalam waktu singkat berubah tolak, sehingga mengganggu kerjasama yang telah disepakati dengan orang lain. Jadi, pria itu gagal.
Pendidikan Islam memiliki perhatian yang tinggi terhadap hal ini. Hal ini dapat dilihat dari tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari tahap ke tahap kehidupan peserta didik untuk mencapai titik prestasi yang optimal. Perhatian pendidikan Islam terhadap IQ dan EI karena pendidikan Islam memiliki pengaruh besar dalam pertumbuhan pendidikan, pengetahuan, dan akal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H