Pemandangan dari parkiran lantai 8 Grand Indonesia. Pemukiman padat khas Jakarta Pusat.
Jakarta, Jakarta, Jakarta. Meski berupa hutan beton yang dihuni manusia-manusia pekerja, tetap saja layak dijelajahi. Di bulan puasa ini, kota yang pernah bernama Batavia ini kerap cerah. Terbayang dong pasti, betapa panasnya Jakarta.
Bukan bulan puasa saja mengais rezeki adalah ibadah. Iklan jasa yang mudah ditemukan di Jakarta.
Ramadan adalah bulan penuh berkah. Setiap aktivitas bernilai ibadah, termasuk tidur sekalipun. Menahan lapar dan godaan di Jakarta sudah menjadi makanan sehari-hari. Jakarta yang heterogen, lantaran sebagai titik temu semua orang dari berbagai latar belakang budaya, membuat kota ini "bebas". Dengan mudah kita bisa temukan orang-orang menyeruput kopi, merokok, nyemil, dan makan di siang hari. No problem, ini sudah merupakan gejala khas kota megapolitan dan tentu terjadi di kota-kota besar lainnya dengan derajat berbeda.
Lanskap khas Jakarta. Kita seolah-olah tenggelam oleh gedung-gedung.
Macet adalah nama tengah Jakarta. Konsekuensi dari Jakartans yang tergesa-gesa. Transportasi publik sempat menawarkan solusi, namun kemacetan sepertinya sulit terurai.
Halte Tosari yang diperbarui. Kata teman sambil berkelakar, "Bahtera Nuh di era moderen"