Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Iqbal Awaludien

Penulis konten suka-suka!

Apa Sebenarnya "Artificial Intelligence" Itu?

Diperbarui: 1 September 2021   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber image: www.cybertembo.com)

Di era digital seperti sekarang, Artificial Intelligence (AI) seakan menjadi bahan diskusi yang selalu hangat diperbincangkan. Di dunia bisnis, banyak ahli dan analisis industri berpendapat bahwa AI atau kecerdasan buatan adalah masa depan. Yakin? Sebab, kalau kita lihat sekeliling, AI itu bukan masa depan. AI justru adalah masa kini!

Anda yang mengikuti film Avengers sudah pasti tidak asing dengan asisten pribadi Iron Man, JARVIS, yang bertugas menganalisis dan menjadi pengatur "Iron Man Armor" hanya dengan perintah suara. Tapi itu kan dalam film? Bukan di dunia nyata.

Eiits, tunggu dulu. Anda pengguna iPhone dan Android, tahu dong SIRI dan Google Voice yang bisa diajak berkomunikasi layaknya manusia dan bisa menerima instruksi lewat suara. Contoh yang lebih "gila" lagi, adalah teknologi self driving dari Tesla untuk menyetir mobil secara otomatis. Mungkin di masa depan kita cukup duduk, dan mobil akan jalan sendiri mengikuti perintah suara.

Nah itulah segelintir contoh penerapan AI. Pertanyaannya, apa sih sebenarnya definisi AI itu?

CNBC menjabarkan AI sebagai simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berpikir seperti manusia dan meniru tindakannya. Kalau dielaborasi lebih lanjut, AI merupakan sistem pemrograman komputer untuk membuat simulasi kecerdasan manusia.

Sementara menurut TeknoIOT, AI adalah cabang ilmu komputer yang menekankan pengembangan intelijen mesin, pola berpikir dan bekerja seperti manusia. Misalnya, pengenalan suara, pemecahan masalah, pembelajaran, hingga perencanaan.

Penerapan AI di Indonesia 

Dari sudut pandang penerapan AI dalam industri, Kompas.com melansir studi yang dilakukan Microsoft bersama dengan firma riset IDC tentang adopsi kecerdasan buatan AI di kawasan Asia Pasifik. Survei bertajuk "Future Ready Business: Assessing Asia Pasific's Growth Potential Through AI" itu melaporkan bahwa baru 14 persen perusahaan di Indonesia yang telah benar-benar telah mengadopsi AI secara total.

Penyebabnya, adopsi AI di perusahaan Indonesia, ditengarai karena pandangan skeptis yang masih menyelimuti para pemimpin perusahaan besar di Indonesia. Bahkan, banyak yang menganggap kehadiran AI bisa mengancam eksistensi manusia. Namun tidak dengan perusahaan ecommerce dan fintech di Indonesia seperti Tokopedia, Gojek, Grab, Blibli, OVO, hingga BCA, yang sudah memanfaatkan AI. 

Dalam menjalankan operasinya, semua perusahaan yang disebut bisa dianggap sudah menggunakan AI untuk analisis big data, optimalisasi user experience di aplikasi, dan otomatisasi transaksi keuangan dengan menggunakan sistem QR. Selain itu, SMS bot, chat, dan email marketing yang biasa kamu terima secara otomatis pun sebenarnya merupakan penerapan dari AI. 

Sementara di pemerintahan, wacana pemanfaan AI sudah didengungkan oleh Presiden Jokowi sejak 2019 silam. Pasalnya, AI dianggap bisa menjadi solusi untuk efisiensi birokrasi dan pemberantasan korupsi di mana AI akan dipergunakan untuk mendeteksi pencucian uang. Kebijakan Sistem Pemerintahan Bebasis Elektronik (SPBE) dan Smart City bisa jadi merupakan langkah awal penerapan AI di bidang pemerintah tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline