Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Iqbal Awaludien

Penulis konten suka-suka!

Aplikasi Reksadana Terbaik 2020 untuk Hadapi Resesi Ekonomi

Diperbarui: 28 September 2020   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber image: CNBC Indonesia

Bertaburannya kata "resesi" dalam headline-headline berita ekonomi terkini lama-lama bikin ngeri.  Terbayang kemungkinan-kemungkinan buruk yang bakal terjadi, kalau kita tidak mengantisipasinya sedari dini.

Meski begitu, resesi ekonomi saat ini ternyata bukan hanya menimpa Indonesia. Negara-negara lain pun mengalaminya. Melansir Kompas.com, tidak kurang dari 10 negara mengalami resesi ekonomi, antara lain Amerika Serikat yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi -32,9%, Jerman -10,1%, Prancis -5,9%, Korea Selatan -3,3%, hingga Filipina sebesar -16,6%. Penyebabnya, apalagi kalau bukan pandemi yang belum juga usai.

Indonesia sendiri, pada kuartal pertama 2020 mengalami pertumbuhan ekonomi minus -5,32%. Menteri Keuangan Sri Mulyani kemudian memprediksi ekonomi Indonesia bakal kembali mengalami penurunan pada akhir September -2,9%. Penurunan berturut-turut ini artinya, Indonesia kini sah mengalami resesi.

Lalu bagaimana kiat-kita kita sebagai awam untuk menghadapi resesi?

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira kepada Katadata, menganjurkan kita  untuk lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan primer termasuk kesehatan. Dengan kata lain, urungkan dulu membeli kebutuhan sekunder dan tersier seperti lifestyle. Ia melanjutkan, baik juga kalau memiliki dana menganggur untuk disisihkan sebagai dana darurat atau investasi dengan risiko rendah.

Untuk hal yang disebut terakhir yaitu berinvestasi di aset aman dan dengan risiko rendah, memang bisa menjadi jalan paling realistis. Walaupun pasar bursa sedang merah, namun tetap ada investasi yang dapat "menyelamatkan" uang bahkan berpotensi untung. Mengutip dari lansiran CNBC Indonesia, investasi reksadana bisa menjadi pilihan tepat.

Ini disebabkan, pandemi virus corona memang membuat NAB (nilai aktiva bersih) reksadana terkoreksi. Akan tetapi, dengan harapan pemulihan ekonomi tahun depan dan 2022, nilainya akan kembali terangkat. Jadi kalau investasi reksa sana sekarang, kemungkinan cuan pada 2021 dan 2022 cukup tinggi.

Selain itu, investasi reksadana juga memiliki banyak opsi sesuai profil risiko. Jadi, Anda tinggal memilih mau reksadana yang risiko rendah dan moderat seperti Reksadana Pasar Uang dan Reksadana Pendapatan Tetap. Atau reksadana berisiko tinggi yang ada di Reksadana Saham. Semua dikembalikan kepada Anda.

Di Mana Beli Reksadana?

Zaman semakin mudah dengan teknologi digital. Dulu beli reksadana mungkin hanya bisa di bank dan perusahaan sekuritas. Sekarang, sering dengan bermuculannya perusahaan financial technology (fintech) reksadana bisa dibeli secara online lewat aplikasi mobile. Bahkan beberapa bisa diberikan predikat Aplikasi Reksadana Terbaik 2020. Predikat ini tentu tidak ujug-ujug turun dari langit. Akan tetapi mempertimbangkan kemudahan dan kepraktisan investasi, kelengkapan produk reksadana yang ditawarkan, hingga variasi metode top up.

Jadi, penasarana apa saja Aplikasi Reksadana Terbaik 2020? Yuk simak beberapa di antaranya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline