Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Iqbal Awaludien

Penulis konten suka-suka!

Warisan Kartini untuk Perempuan Masa Kini

Diperbarui: 21 April 2016   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar=mitrawacana.or.id"]
[/caption]Mengenang jasa-jasa para pahlawan Indonesia sangatlah menarik. Di dalamnya, selain terkandung nostalgia masa lalu yang memanjakan imajinasi, juga menyimpan warisan berharga berupa pesan moral yang masih relevan diaplikasikan pada masa kini. 

Sama halnya jika membahas pahlawan berikut, sosok pahlawan yang dikenal secara luas sebagai pejuang emansipasi dan pendidikan untuk kaum perempuan. Dan karena jasa-jasanya tersebut, hari lahirnya yang jatuh pada tanggal 21 April selalu diperingati setiap tahun.     

Ya, dialah R.A. Kartini. Bagi Anda yang mungkin lupa mengenai riwayat hidupnya, mari kita kilas balik sejenak.

Kartini merupakan putri seorang bangsawan. Ayahnya bernama Raden Mas Sosroningrat, seorang Bupati Jepara. Karena posisi sosialnya yang cukup tinggi, Kartini mendapatkan pendidikan sampai usia 12 tahun. Hal ini sebetulnya tak lazim sebab pada masa lalu, anak gadis tidak diperbolehkan sekolah.

Namun setelah itu, seperti kebanyakan wanita yang berasal dari keluarga priyayi, dia harus ‘dipingit’, yaitu tidak boleh keluar rumah dan harus mempersiapkan diri untuk menikah. Karena semangat belajarnya yang tinggi, ia belajar secara autodidak di rumah dan mulai menulis surat kepada teman-temannya di Belanda.

Isi surat ini sendiri adalah harapan-harapan dan pembelaan-pembelaannya terhadap diskriminasi kaum perempuan dalam pendidikan pada masa itu. Kelak, surat-surat Kartini tersebut  dikumpulkan oleh J.H. Abendanon dengan judul  Door Duisternis Tot Licht dan diterjemahkan oleh sastrawan Armijn Pane dalam bahasa Indonesia sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang.

[caption caption="Sumber gambar: covers.openlibrary.org"]

[/caption]Hingga masa “pingitan” itupun selesai. Tepatnya ketika Kartini berusia 24 tahun, ia menikah sesuai keinginan orangtuanya dengan Bupati Rembang, Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Pernikahan tak menyurutkan semangatnya untuk memajukan pendidikan kaum perempuan. Karena itu, ia kemudian membuka sekolah khusus wanita di depan kantor sang suami. Sayang, setahun kemudian, Kartini menutup usia tepat empat hari setelah melahirkan anak pertama dan terakhirnya, Soesalit Djojo Adhiningrat. Meski demikian, warisannya tetap hidup hingga sekarang.

Berikut ini adalah warisan-warisan Kartini yang sangat relevan, terutama untuk para perempuan tak terkecuali para ibu di masa kini.  

1. Pantang menyerah dalam berjuang

Semangat pantang menyerah Kartini diwujudkan dengan terus maju untuk mewujudkan cita-citanya mendirikan sekolah, meski telah menikah dan menghadapi kondisi kurang menguntungkan. Sikap seperti ini adalah sikap abadi yang dapat diaplikasikan sepanjang zaman.

2. Semangat belajar tanpa henti

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline