Lihat ke Halaman Asli

Dunia Maya

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia maya yang aku ceritakan bukan dalam artian karena kecanggihan suatu teknologi. Lain, pasti sangat berbeda.
Sebelum lebih panjang lebar lagi, prolog dari tulisan ini adalah seorang teman yang pada suatu malam "request" pada aku untuk membuat tulisan seputar dunia obat-obatan yang ku rasa laknat. Bagaimana tidak aku sebut "laknat", latar belakang hidupku beberapa tahun yang lalu nyaris hancur karenanya (meski tetap ada efek negatif atau tepatnya imbas dari peristiwa).

Pertengahan tahun 1996 aku hijrah ke suatu kota dengan tujuan menimba ilmu. Satu tahun pertama mulus berlalu, aku masih anak baik-baik meski datang dari Ibukota. Bisa dibilang "kuper". Jangankan "BK", rokok pun belum pernah "nyicip". Jangankan pacaran, meski teman cowok banyak tapi aku bisa dibilang "vigrid". Awal tahun kedua, sedikit duniaku berubah. Istilah "pacar" mulai masuk dalam kamusku. Dan ternyata bukan hanya sedikit, tapi banyak berubah. Aku mulai tau dunia lain yang sebelumnya gak pernah terbayang bisa masuk bahkan terlibat didalamnya. Mungkin kurang patut dibahas, atau bisa dibilang sudah rahasia umum seperti apa kehidupan kaum muda sekarang yang dibilang "gaul". Bebas tanpa batas atau malah hancur-hancuran.

Narkoba, dugem atau hal yang berkaitan dengan dunia kacau, gak pernah aku tertarik untuk coba. Tapi mau tak mau akhirnya mencebur jugalah daku, dengan alasan untuk "shock theraphy" orang terdekatku yang ternyata sudah terlanjur jauh terseret didalamnya. Hatiku pro dan kontra. Satu sisi aku jijik dengan "Narkoba", karena aku tau pasti efek yang akan dihasilkan. Tapi disisi lain, aku dituntut hati kecil karena orang terdekatku bertekad untuk lepas dari jeratan barang-barang itu. Banyak cara yang aku coba, tapi tanpa hasil. Akhirnya "ide gila" pun muncul....
Buatku sangat gila, karena aku pertaruhkan diriku sendiri. Fisik dan mental, sekaligus mempertaruhkan amal perbuatanku pada Sang Khalik. Dosa pun ku labrak juga.

Tahun-tahun yang suram. Orang mungkin kan beranggapan aku "BODOH", karena bisa saja aku berlalu dan membiarkan orang terdekat ku terus menikmati dunianya. Dan pastinya aku akan tetap "bersih". Dasar sifatku yang mudah terenyuh (itulah kelemahanku), karena didera rasa ingin "menyelamatkan" malah akhirnya satu demi satu barang-barang yang memabukkan ku cicipi. Awalnya lexotan, obat yang satu ini tak banyak bereaksi pada tubuhku. Karena sebelumnya aku resmi dengan resep dokter terbiasa mengkonsumsinya (akibat dari penyakit yang aku idap). Seiring tren dilingkungan yang ku masuki, beralihlah ke minuman yang biasa mereka sebut sesuai  tempat menjualnya "Pajeksan". Sebenarnya beberapa jenis (merk) pun pernah juga aku coba. Banyak juga yang tak perlu disebut satu persatu aku, kecuali yang difasilitasi dengan insulin....

Yang pasti satu sisi misi ku berbuah hasil, tapi disisi lain kehancuran juga buahnya. Kehancuran dalam kapasitas "diriku pribadi".....

Semoga apa yang ku korbankan tak sia-sia, dan semoga Allah SWT menerima permohonan tobatku. Aku juga berharap sejarah tak pernah berulang pada anak keturunanku. Ini hanya sekelumit cerita yang terlalu bayak diedit. Tujuan dan harapanku, semoga kawan-kawan lebih bisa memantau keluarga dan orang-orang tercinta supaya tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline