Aku mulai mengagumi relawan dan terpikat dengan sikap-sikap mereka. Beberapa tahun lalu aku mulai menyadari bahwa mereka adalah salah satu bentuk keajaiban dunia. Bagaimana tidak, di saat hampir semua orang berpikir pragmatis, kadang-kadang mereka muncul dengan sikap yang benar-benar berbeda.
Jika sikap itu muncul dari mereka yang berharta banyak dan berlimpah, mungkin aku tidak akan merasa aneh. Tapi sikap relawan ini kadang muncul dari orang yang benar-benar bersahaja dan sederhana. Maka, bentuk kekagumanku itu mendorongku untuk menyengaja mengenal lebih dekat apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan.
Dan pada akhirnya aku melihat bahwa ketulusan masih menjadi satu jiwa yang tidak tergantikan. Ketulusan itu ternyata benar-benar masih ada. Mereka bukan manusia sempurna tentu saja. Tapi ketulusan itu membuat mereka berbeda.
Oleh karena itu, untuk mendidik jiwaku, jiwa relawan ini mau tidak mau harus dibangunkan. Bukan semata-mata sebentuk kekaguman tapi agar jiwa ini merasakan kembali nikmatnya menjadi relawan. Memprioritaskan agar orang mendapat kebahagiaan yang sama, meski adil tak harus sama. Jiwa relawan ternyata bisa dididikkan dan dilatihkan, diinstal. Mungkin tidak mudah, tapi bisa. Jika kita mau.
Mulai dari diri sendiri. Mulai dari yang sederhana. Mulai dari yang kita bisa.
Allahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H