Lihat ke Halaman Asli

Mini GK

Penulis Muda Yogyakarta

Industri Kreatif di Era Digital

Diperbarui: 3 Oktober 2019   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Member Kompasiana Yogyakarta | dokpri

Baru kemarin Rabu (2/10/2019) saya duduk manis sebagai pendengar aktif dalam acara yang diadakan oleh JNE bekerjasama dengan Kompasiana. Beruntung rasanya terpilih menjadi 20 orang yang bisa menikmati atmosfir sekaligus upgrade ilmu dalam acara yang diberi tajuk #JNEKopiwriting.

Saya awalnya tidak terlalu paham acara apakah itu. Baru setelah sepuluh menit acara dimulai otak saya langsung bekerja memaksa untuk ikut mengikuti rangkaian acara sampai kelar sebab acaranya sangat menarik dan boleh dibilang 'aku banget'. 

JNE Kopiwriting  sendiri ternyata usah digelar dibanyak kota sebut saja Bandung, Padang, Banjarmasin dan Malang. Nah semacam ketiban sampur, Yogyakarta menjadi kota keempat yang beruntung untuk didatangi JNE dan makin beruntung lagi karena JNE menggandeng patner kompasiana Jogja. Konon habis dari Yogyakarta acara serupa juga akan digelar di Cirebon.

Saya tidak tahu seperti apa serunya acara di luar kota namun yang pasti saya bisa merasakan semangat selama mengikuti acara JNE Kopiwriting Yogyakarta

Pada kesempatan kali ini saya bisa jumpa dengan narasumber yang saya yakini ahli di bidangnya masing-masing. Sebut saja Ibu Lucy Irawati selaku Kepala Dinas Koperasi dan UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Yogyakarta, lalu Bapak Adi Subagyo selaku Brand Manger JNE DIY Jateng dan terakhir adalah sosok inspiratif yang sulit untuk dienyahkan, beliau adalah Ibu Tunjung Pratiwi selaku pemilik Brand Abekani Jogja.

Acaranya sendiri digelar cukup santai dengan model talkshow interaktif di salah satu sudut Silol Kopi and Eatery. Konsepnya anak muda dan kekinian banget. 

Sayangnya acara ini tertutup hanya untuk undangan kompasiana dan beberapa media. Padahal menurut saya acara yang semacam ini bagus untuk disebar ke masyarakat khususnya mereka yang mendalami UMKM. Tapi ya mungkin begitulah tujuannya agar para kompasiana gencar untuk menularkannya lewat tulisan.

Mini GK hadir dalam JNE Kopiwriting Yogyakarta | dokpri

Bicara mengenai dunia UMKM dan perkembangannya, Ibu Lucy menjelaskan bahwa pertumbuhan UMKM di Yogyakarta itu sangat menggembirakan dan cukup bisa diacungi jempol. 

Saya sudah sering bertemu dengan Ibu Lucy dan beliau selalu mengatakan, "UMKM dalam berbagai krisis ekonomi masih selalu bisa bertahan. Untuk itulah bisnis ini harus mendapat perlakuan khusus." Maka dengan itu pihak pemerintah sejak 2019 mulai mendata UMKM untuk kebutuhan legalitas dan Ijin usaha.

"UKM itu usahanya sangat dinamis. Hari ini jualan pakaian, bisa jadi minggu depan ganti kuliner," lanjut Ibu Lucy saat ditanya UKM apa yang banyak berkembang di Yogyakarta. Dari catatan ada sekitar 16 subjek industri kreatif yang berkembang di Yogyakarta, 3 besarnya adalah kuliner, fashion dan Kriya. 

Masih dari Ibu Lucy, selain faktor iklim yang mendorong tumbuh kembang UMKM ada juga kelemahan UMKM yang berhasil dihimpun. Kelemahan UMKM antara lain:

  1.  Para pelaku UMKM biasanya mudah cepat dengan produk yang dihasilkan. Padahal seharusnya produk itu bisa dikembangkan lebih, namun berhenti hanya sampai bisa/ laku dijual.
  2.  Kreatifitas para pelaku UMKM tinggi namun kurang inovasi.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline