Lihat ke Halaman Asli

Rahmadsyah Public Speaking

Trainer Public Speaking, Pembicara Public Speaking, Narasumber Public Speaking, Pemateri Public Speaking, Coach Public Speaking, Pengajar Public Speaking, Guru Public Speaking, Ahli Public Speaking, Pengajar Public Speaking, Konsultan Public Speaking,

Tuhan Tidak Adil

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.
#NasehatDiri

Berjumpa teman lama

Tanggal 27 Desember 2011 lalu, shahabat saya dari Aceh berkunjung ke Jakarta setelah mengikuti program pelatihan selama 3 hari di Tasikmalaya. Sebelum ke Jakarta, kami sudah janjian, untuk sama-sama menjadwalkan pada hari tersebut--supaya bisa bersilaturahim. Alhamdulillah, itu terjadi. Bayangkan bila Anda bisa bertemu kembali dengan teman dekat Anda, setelah lama tidak berjumpa. Bagaimana suasana hati Anda? Oh, tentu menyenangkan bukan?

Sebagaimana permintaan teman saya, dia tidak hanya ingin berjumpa dengan saya, tapi juga mau bertemu dengan anak mertua (istri) saya. Jadi, pada hari tersebut, setelah shalat ashar, saya berangkat bersama istri dari rumah, menuju tempat yang kami sepakati bertemu, di sekitar Mampang prapatan—supaya aksesnya sama-sama mudah kami tuju. Saya berangkat dari arah Ciganjur, sementara teman saya dari Pasar Rumput. Tempat dia menginap di Jakarta.

Dari depan rumah (gang Syarpa), saya menggunakan jasa angkot M20 sampai putaran halte busway pertanian. Selanjutnya menuju Mampang prapatan dengan angkutan bus-way. Ada pengalaman menarik yang mau saya ceritakan di sini. Selama perjalanan di dalam busway, saya memperoleh pembelajaran berharga dari sang bijak. Dan hal ini, yang mau saya ceritakan kepada Anda sekarang.

Benarkah berbuat baik akan berbuah kebaikan?

Sementara itu, apa yang akan Anda lakukan? Akankah Anda terus memberi bila tidak mendapatkan sesuatu? Lebih spesifiknya, apakah Anda akan terus melakukan kebaikan, bila kebaikan itu tidak berbalas kepada Anda?

Ceritanya, begitu saya dan istri menaiki busway dari halte pertanian. Penumpangnya lumayan penuh. Sehingga saya dan istri juga dengan penumpang yang lain, tidak kebagian tempat duduk. Kondisi itu sangat lumrah menyebabkan saya dan siapapun, berdiri dan bergantungan sebagaimana biasanya. Saya dan istri berdiri di tengah-tengah dekat pintu masuk. Kemudian, kondekturnya melihat istri saya berdiri, yang perutnya lumayan berisi (hamil). Lalu dia bertanya, “Ibu sedang hamil?” saya langsung menjawab “Iya”.

Kondektur langsung melihat-lihat posisi di depan dan belakang, sambil berusaha menjinjit dan merendahkan posisi berdirinya--supaya bisa melihat penumpang yang bisa diajak untuk berganti tempat duduk dengan istri saya. Tetapi, tidak ada satupun yang menurut pak kondektur pantas untuk diminta ganti tempat duduk. “Mohon maaf bu ya, kursinya penuh”. Kata pak kondektur penuh santun.

Rasanya tidak adil

Akhirnya, saya dan istri tetap berdiri. Tetapi, ada perasaan semacam tidak bisa menerima dalam diri saya. Pikiran saya langsung melakukan perbandingan antara perilaku yang pernah saya lakukan bila ada ibu hamil seperti istri saya (7 bulan), atau ibu-ibu yang usia sudah tua, maka saya langsung berdiri dan mempersilahkan ibu hamil untuk menduduki kursi saya tempati. Karena saya berpikir, kalau istri saya yang hamil, tentu saya berharap dia mendapat tempat duduk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline