[caption caption="(Foto: Budi Waluyo)"][/caption]
Kalau kalian merasa impian studi ke luar negeri seperti sebuah hal yang mustahil untuk dicapai, saya juga merasakan itu dulu. Kalau kalian merasa jalan menuju studi ke luar negeri dengan beasiswa sangat berliku, bahkan tak tahu arahnya kemana, saya juga begitu dulu. Kalau kalian merasa kemampuan otak & bahasa Inggris masih sangat jauh, bahkan kalah bersaing dg teman sekelas.. dulu saya juga begitu.. Dan pernahkah kalian ditertawakan saat memberitahu tahu teman atau orang lain tentang mimpi studi ke luar negeri? Saya juga begitu dulu..
Ditertawakan, sampai diejek teman/ keluarga, pernah? Nangis, putus asa, malu karena ragu dengan mimpinya bakal tercapai atau tidak, pernah?
Banyak orang yang menyerah.. langsung tutup buku.. gara-gara sering diejek atau dihina.. kamu? mau ke luar negeri? Saya yang lebih pintar saja nggak bisa. Liat keluargamu donk, jangan terlalu tinggi bermimpi, kalau jatuh, sakit..! Ujian pertama bakal kita hadapi ketika sudah bertekat untuk 1 mimpi adalah diejek, dihina, dikata-katain.. dan seterusnya.. Banyak yang bereaksi salah, misal: "Ah, saya diomongin terus, mending nggak usah ajalah.." "Saya diejek terus.. dihina terus.. mending berhenti.!" "Kayaknya nggak ada yang dukung, percuma saya berusaha..!" dan seterusnya. Banyak yang lupa kalau kata-kata orang itu adalah ujian terkecil dalam perjuangan mengejar sebuah impian.. bukan yang terbesar.
Orang di sekitar kita tidak akan pernah kehabisan cara untuk membicarakan hal negatif tentang kita. Makanya ada orang bijak, berkata," I don't know the key to success, but I know the key to failure, that is trying to please everyone". You can never please everyone..! Begitu juga, semua orang tidak mungkin menyenangkanmu. Saya dulu juga sama.. diejek... dihina.. sampai saya takut memberitahu orang tentang impian saya untuk studi ke luar negeri dengan beasiswa.
Ada satu cerita, saya pernah berkumpul dengan beberapa teman di sebuah ruangan. Mereka semua sudah pernah ke luar negeri.. Belanda, Amerika.. Jepang. Saya satu-satunya yang belum pernah ke luar negeri di antara mereka.. satu persatu menceritakan pengalamannya ke luar negeri. Mereka bercerita mulai dari perjalanan naik pesawat penerbangan internasional.. makanan.. budaya.. dan lain-lain.. saya diam, being a good listener. Selang beberapa waktu, saya ingin ke luar sebentar.. mereka masih bercerita. Tanpa pamit, saya pergi saja. Mereka berhenti bercerita, kemudian bertanya..
"Mau kemana, Bud?" Saya jawab saja mau keluar sebentar.. satu orang di antara mereka meminta saya untuk duduk sebentar lagi mendengar cerita. Tapi, satu orang lagi berkata,"Biarkan saja dia pergi. Dia juga tidak pernah ke luar negeri. Nggak bakal nyambung dia dengan obrolan kita.."
Orang yang pertama tadi memberitahu kalau saya sedang ikut seleksi beasiswa S2 ke luar negeri, sedangkan orang yang kedua malah tambah jadi mengejeknya," Baru seleksi, belum tentu dapat. Bukan mudah dapat beasiswa ke luar negeri. Saya saja susah bukan main bisa ikut pertukaran kemarin". Waktu itu saya cuma bisa senyum. Itu hanya satu dari ratusan cerita saya diejek.. sedih? marah? jangan tanya lagi..
Tapi, saya selalu ingatkan diri kalau hinaan orang itu ujian terkecil.. bukan yang terbesar. Kalau di ujian terkecil sudah keok, gimana mau menghadapi ujian yang lebih besar. Sedangkan mimpi studi ke luar negeri itu mimpi yang besar. Mimpi itu bayar.. nggak gratis. Memang semua orang bisa bermimpi, tapi kalau dia tidak bayar.. itu cuma jadi khayalan saja.
Harga sebuah mimpi itu tidak dibayar dengan uang, tapi dengan kerja keras, semangat, ketekunan, pantang menyerah, pengorbanan.. dan lain-lain. Harga mimpi kuliah di universitas negeri di Indonesia tidak sama dengan harga mimpi studi ke luar negeri dengan beasiswa. Jadi, harus diukur sebesar apa mimpi yang dimiliki, kemudian siapkan diri untuk membayarnya.
Pernah nonton seleksi Indonesian Idol? Banyak kontestan yang bilang mimpinya ingin menjadi penyanyi terkenal, tapi cuma hafal satu lagu.. gimana? Sama juga, banyak yang bilang saya ingin sekali studi ke luar negeri dengan beasiswa, tapi TOEFL saja nggak tahu, jenis-jenis beasiswa nggak ngerti, dan lain sebagainya.