Lihat ke Halaman Asli

Masih Berpikir untuk Tidak Mulai Menulis?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, sumber: http://3.bp.blogspot.com

[caption id="" align="aligncenter" width="387" caption="Ilustrasi, sumber: http://3.bp.blogspot.com"][/caption] Seorang teman pernah berkata kepada saya,”Mas Budi, enak banget ya bisa nulis”. Kening saya mengkerut sepuluh mendengar kata-katanya. Bukan apa-apa. Teman saya ini bukan orang sembarangan bila dilihat dari latar belakang pendidikannya. Dia menyelesaikan Sarjana di salah satu Universitas di Jepang dengan beasiswa, kemudian saat itu melanjutkan Master di Manchester Business School. Dengan latar belakang pendidikan luar negeri, kecil kemungkinan masih bermasalah dengan menulis. Tapi, kata-kata yang diucapkannya itu menyiratkan kalau dia belum bisa menulis.

Dia melanjutkan,”Aku iri ngeliat orang-orang yang bisa nulis di blog. Kayaknya asik sekali ngeliat mereka publish tulisan hampir tiap hari. Aku punya sih blog dan pernah nulis, tapi habis beberapa postingan berhenti. Aku pernah dimarahin bapakku loh gara-gara ngak nulis ini. Dia bilang, percuma aku sudah kemana-mana, ke Jepang, Manchester dan lain-lain kalau semua pengalaman itu ngak ditulis. Cuma akan menguap saja tanpa bekas. Tapi, kalau ditulis, aku punya catatan yang bisa dibaca orang banyak. Aku bisa berbagi pengalaman dengan orang lain. Itu yang membuat pengalaman-pengalaman yang telah dilewati menjadi berarti dan tak mati setelah dilewati waktunya.”

Saya termasuk orang yang percaya bahwa setiap orang bisa menulis, terutama menulis bebas seperti di blog. Modal awalnya adalah keinginan untuk menyampaikan sesuatu pada orang lain. Tak perlu tehnik menulis yang hebat. Semakin kuat perasaannya untuk menyampaikan pesan itu kepada orang lain lewat tulisan, semakin ‘berasa’ tulisan yang dihasilkannya nanti. Meskipun mungkin kata-katanya banyak yang berlebihan, harus dipangkas lagi dan lain sebagainya, pembaca akan tetap bisa merasakan perasaan si penulis bila penulisannya disertai dengan hati dan dilakukan sepenuh hati. Seperti kata Aa’ Gym,”Hati itu cuma bisa disentuh dengan hati.”

Menulis itu mudah, memahami organisasinya yang susah

Dosen saya, Prof. Safnil, pernah berkata,”Menulis itu mudah. Cukup ambil sebuah pena dan selembar kertas, kemudian menulislah. Gampangkan? Jadi, menulis itu gampang. Yang susah adalah memahami organisasi dalam menulis.” Memang struktur dasar sebuah tulisan terdiri dari pembuka, isi, dan penutup. Namun, cobalah lihat semua tulisan-tulisan yang ada, anda akan menemukan kalau masing-masing tulisan akan memiliki cara berbeda dalam membuka tulisan, memaparkan isi dan menutup tulisan. Pada dasarnya, semua tulisan memiliki ketiga struktur dasar tersebut, hanya saja tidak semua pembaca bisa melihat organisasi sebuah tulisan dengan baik.

Anda pasti pernah bimbingan skripsi atau tugas akhir kuliah dengan dosen. Biasanya, saat seorang mahasiswa membawa draft skripsinya pada dosen pembimbing, si dosen cuma melihat beberapa menit, terus mengambil pena, mulailah dia mencoret sana-sini. Ada juga dosen pembimbing yang hanya melihat sekilas, kemudian dia bilang perbaiki lagi! Si mahasiswa biasanya melongok saja. Skripsi yang berminggu-minggu dia tulis cuma dilihat beberapa menit saja, plus banyak coretan. Umumnya, mahasiswa akan berkata,”Dibaca aja ngak skripsi saya, main coret aja bapak dosen nih!.”

Sebenarnya, dosen pembimbing itu bukan tidak membaca, melainkan dia sudah melihat organisasi dari penulisan skripsi tersebut. Orang yang biasa menulis, terutama academic writing, sangat mudah melihat organisasi dari satu tulisan. Organisasi merupakan frame dari sebuah tulisan. Ibarat membangun sebuah gedung, organisasi seperti desain bentuk gedungnya yang paling dasar; ada pondasi, badan, dan kepala. Ketika ada satu atau dua dari ketiga hal itu tidak dimiliki oleh sebuah gedung, berarti tidak sempurna. Makanya, enak sekali di dosen coret sana sini. Itu baru sebatas organisasi, belum masuk ke isi tulisan.

Menulis itu tentang ‘memberi’

“Writing is about giving and we need to give to get”.

Bila kita lihat semua tulisan, tujuan dari tulisan itu, baik fiksi maupun non-fiksi, akan bermuara pada satu kata ‘memberi’. Andrea Hirata menulis novel Laskar Pelangi untuk memberikan sebuah gambaran nyata tentang kondisi pendidikan anak-anak Indonesia di salah satu pulau terpencil daerah Belitung yang sering terlupakan. Ustd. Yusuf Mansyur menulis buku-buku tentang wirausaha dan sedekah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa kedua hal itu diperlukan untuk mewujudkan satu kehidupan yang lebih baik, dan seterusnya. Menulis itu tentang ‘memberi’ sesuatu pada orang lain, dan dalam hidup ini kita harus memberi dahulu baru bisa mendapatkan sesuatu.

Menulis itu ungkapan syukur

Banyak hal yang kita lalui setiap hari. Setiap waktu kita belajar hal-hal yang baru; kita mengamati sesuatu yang berbeda; kita melihat berbagai hal. Bila kita tulis setiap momen kehidupan yang dilewati, kita mengikat momen itu dan membaginya ke orang lain. Dengan demikian, setiap momen yang telah kita lalui tak akan hilang sia-sia, ada bekasnya. Inilah ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan atas semua yang telah kita lalui itu.

Tidak hanya itu, setiap dari kita menggeluti bidang ilmu yang berbeda. Ilmu itu tak ada manfaatnya jika hanya dipendam sendiri. Ibarat sebuah pohon yang lebat buahnya, tapi tiada seorang pun yang menikmatinya. Jangan tunggu orang lain meminta, tapi berilah sebanyak mungkin agar orang lain bisa memilah yang dibutuhkannya.

Bila menulis itu ungkapan syukur, berarti semakin banyak kita menulis semakin banyak kita mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan pada kita. Alhasil, Tuhan akan semakin menambah nikmat-Nya pada kita karena kita sudah menunjukkan pada-Nya bahwa nikmat yang diberikan-Nya tidak terbuang sia-sia.

Masih berpikir untuk tidak mulai menulis?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline