Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan Musim Panas

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14040671031521425502

Musim panas secara resmi baru dimulai tanggal 21 Juni lalu. Kumulai momen mulainya musim panas dengan mengikuti Latin Festival yang diadakan di Steelstacks, Bethlehem. Semua orang di Amerika bersuka cita menyambutnya. Mungkin perasaan gembira mereka sama seperti para masyarakat Latin Amerika yang tengah menari dan berdansa di festival ini.

[caption id="attachment_331344" align="aligncenter" width="384" caption="Suasana Latin Festival, Bethlehem"][/caption]

Di Summer, anak-anak sekolah libur, para mahasiswa bisa pulang ke daerahnya masing-masing, serta para dosen mulai membenahi barang-barang bersiap berangkat menuju tempat liburan yang sudah direncanakan bersama keluarga. Sinar matahari yang berhamburan terasa terlalu berharga untuk dilewatkan, karena di negara Paman Sam ini matahari tak mau berbagi sinarnya, kecuali di musim panas.

Bagiku, musim panas kali ini akan memiliki arti lain, lebih dari sekedar menikmati pancaran sinar matahari. Ada hal yang lain yang harus kusambut. Tidak dengan menari atau berdansa, melainkan dengan ibadah. Aku menanti bulan terbaik dari semua bulan yang akan jatuh di awal musim panas ini. Bulan yang menawarkan limpahan pahala dan rahmat dari ilahi.

Aku menanti bulan Ramadhan.

Ramadhan ketigaku di musim panas.

***

Menjalani bulan Ramadhan di musim panas mungkin seperti seorang Musafir yang tinggal disebuah tenda di tengah Padang Pasir. Disekitar tendanya terdapat Oase air padang pasir dengan pepohonan rindang buah-buahan. Bila sang musafir tinggal di tenda selama siang hari, panas terik matahari tak terkira akan menembus tirai tenda dan menyengat tubuhnya. Namun, saat dia memilih untuk keluar tenda, godaan air segar dan buah-buahan akan menyambutnya dengan hangat. Dia tak bisa menyentuh dan menikmati, karena sedang berpuasa. Hanya bisa menunggu matahari segera terbenam. Sayangnya, matahari selalu telat terbenam didaerah ini. Di musim panas, durasi siang lebih lama dari malam. Magrib baru akan mulai pada pukul 20.36 dan subuh pukul 03.54.

Ramadhan musim panas pertama dan keduaku lalu dilewati di Manchester, UK. Sekarang, Ramadhan ketiga musim panasku harus dihabiskan disini; Bethlehem, Pennsylvania, USA. Sebuah kota kecil yang yang dulu terkenal dengan produksi bajanya. Suasananya alamnya menyejukkan. Pepohonan dan rerumputan hijau tumbuh dengan subur menghiasi setiap sudut kota. Lahan-lahan kecil di pinggir dan tengah jalan ditumbuhi bunga-bunga Rose yang bermekaran. Tak seorangpun berani memetiknya, karena melanggar hukum.

Berbeda dengan saat di Manchester dulu, disini tidak banyak orang Arab bisa kutemui. Bahkan Masjidpun tak kutemukan sampai detik ini. Hanya ada satu rumah yang digunakan sebagai tempat ibadah semua agama di dalam kampus bernama Dialogue Center. Dua kali shalat Jum’at disini, hanya dihadiri sekitar 20 orang. Belum terlihat Pak Imam berpeci dan berpakaian gamis. Yang menjadi Khatib selalu laki-laki berwajah Arab dengan pakaian kaos oblong dan celana jeans. Mereka adalah para mahasiswa di Lehigh University. Kurasa, cuma menunggu waktu untuk giliranku menjadi Khatib.

***

Hari terakhir bulan Sya’ban ini aku menemani Minh, seorang Fulbrighter asal Vietnam ke Saccon Village. Ada sebuah pesta yang diadakan temannya disana. Kata pesta disini perlu dipahami dulu. Arti kata pesta bisa bervariasi mengikuti siapa yang mengatakannya. Bila Graduate Students yang mengatakannya, itu berarti makan-makan sambil berbincang ringan. Tapi, jika kata itu keluar dari mulut Undergraduate Students, pesta yang dimaksud adalah berjoged ria sambil meneguk minuman. Dan kami akan pergi menuju pesta yang pertama.

Minh tidak memiliki agama. Sebagian besar orang Vietnam sama dengan orang China, mereka tidak memeluk satu agama apapun. Mereka percaya pada Tuhan, tapi tidak terikat pada satu agama. Mereka berdo’a kepada Tuhan ketika membutuhkan pertolongan. Dia cukup terkejut saat mendengar uraianku tentang bulan Ramadhan yang akan kujalani nanti. Baginya, tidak mudah menahan lapar dari terbit matahari sampai matahri terbenam di musim panas. Terkadang matahari tidak benar-benar tenggelam di musim panas ini.

Lebih dari itu, puasa tidak hanya menahan lapar dahaga saja, melainkan juga hawa nafsu. Panjang lebar kujelaskan padanya sejak beberapa hari lalu tentang ini. Tentu saja sangat berlawanan dengan cara berpikirnya. Bus kami mulai berjalan menuju Saccon Village yang terletak di Mountaintop. Sesampai di tempat temannya, aku mulai melihat tiga orang wajah orang Vietnam yang baru. Ada Hang dan suaminya Phang. Seorang anak kecil bernama Khwang berlari menghampiriku yang duduk diatas sofa didepan TV.

Beberapa menit kemudian, tamu mulai berdatangan. Syukurlah, mereka bukan orang Vietnam. Hang mengundang semua teman-temannya di Kampus untuk menikmati hidangan masakan khas Vitenam di sore hari ini. Semua makanan dibawa kebelakang rumah dimana ada pekarangan lapangan hijau, kursi dan meja berada. Disetiap rumah disini selalu memiliki sebuah pekarangan yang biasanya digunakan untuk acara Barbeque-an musim panas.

[caption id="attachment_331345" align="aligncenter" width="384" caption="Suasana Pesta dirumah Hang"]

14040672461224447650

[/caption]

Diantara mereka, hanya aku yang muslim. Minh pun memberi tahu mana makanan yang mengandung pork dan tidak. Tak banyak yang bisa kumakan. Ada Mie terbuat dari beras, kue goreng yang mengandung sayur-sayur dan ayam bakar. Sepertinya, Hang juga sama seperti Minh yang tidak memeluk satu agamapun.

[caption id="attachment_331348" align="aligncenter" width="384" caption="Menu makanan yang disediakan Hang"]

1404067640290850090

[/caption]

***

Sesampai dirumah pukul 21.00, waktunya shalat Magrib. Lalu, aku mulai menyiapkan menu makan untuk bersahur nanti. Satu jam kemudian aku kembali ke kamar untuk menenunaikan shalat Isya dan Taraweh. Hening. Sunyi. Hanya aku sendiri. Tak ada suara teriakan Bilal yang memandu shalat Taraweh. Tidak terdengar lantunan ayat Al-qur’an surat-surat pendek yang biasa dibaca saat Taraweh.

Dan.. Ramadhan musim panasku pun dimulai kembali.

Marhaban Ya Ramadhan.

***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline