Lihat ke Halaman Asli

Sajak Sajak Kecil untuk Negeri

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satrio

Satrio...,

Satu demi satu kebijakan lahir Kau Cipta

Tidak perduli laksa laksa mosi ketidakpercayaan

Coba hadang coba hentikan langkahMu

Tapi ketenangan Dikau tak bergeming

Laksana Semar welas Asih Asah dan Asuh

Dikau tebar dalam jejaring Kabinet Kerja

Indonesia hebat

Satrio...,

Selangkah demi selangkah kebijakan Kau buat

Berani, tegas dan lugas

namun tidak kehilangan nurani

Tuhan memang mengirim Dikau dari Langit

Membawa kami ke massa keemasan

Laksana Arjuna Dikau

Petarung tangguh

Pejuang sejati

Tegakan keadilan dan kebenaran

Membela kami

Kaum tertindas dan teraniaya

sering Dikau dapati dalam prosesing “Blusukan”

Satrio...,

Teruslah maju, jangan peduli “goro goro”

Kerusuhan massif hanya bunga bunga terjal

Halangi jalanMu tapi akan membuat Dikau kuat

Setegar batu karang

Satrio...,

Di sampingMu berdiri seorang Bapak

Tokoh kharisma tak kalah berwibawa

Sama hebatnya seperti Dikau

Kolaborasi sempurna genapi ramalan Ki Jaya Baya

Tersingkap sudah tabir nusantara

Moga kehadiran Dikau dengan kabinet kerjaMu

Jalan pupus keprihatinan carut marutnegeri ini

Hari hari mendebarkan jelang akhir

30Oktober 2014



Dewan Perwakilan Rakyat Tandingan

Kerja, kerja dan kerja

Harus bekerja kita

Demi massa berkejaran dengan waktu

Memberi kesejahteraan bagi mereka

Rakyat kita

Tak peduli “kepentingan” menghadang

Menjadi tembok penghalang

“Dewan Perwakilan Rakyat Tandingan”

Indonesia hebat!

Jalan Pintas Bermartabat

Kebijakan Modern Bermoral

Hebat,

hemat,

cermat

dan

cepat

Indonesia Hebat

30 Oktober 2014

Debat Politisi Tak bernurani

Hanya alat kelengkapan dewan

Perlukan banyak debatdan adu nyali

Siapa yang dirugikan?

Rakyat lagi !

Lagi lagi rakyat !

Rakyat dipaksa jadi pesakitan

Tidak bisakah sedikit kompromi

Untuk diri ...

untuk hati bernurani

Dewan Perwakilan Rakyat

akan menjalankan tugas kenegarawan

bisa bekerja atas sebuah ketetapan

tapi

mengapa perdebatan tak kunjung usai diselesaikan

tak punya hati

Musyawarah mufakat asas di atas asas

Mengatasnama Pancasila

Tapi

mengapa Pancasilais tidak tercermin di paripurna kebijakan

sidang istimewa tak berasas

Undang undang parau teriakan

“ suara terbanyak”

Dengung kosong

kalah nyali dalam debat politisi

Ack!

negeri ini

semakin keringdemokrasi

Tinggal menghitung hari

Lalu mati

30 Oktober 2014



Dikau Ada Demi Kami

Dikau ada sebab kami

Dikau merupa karena kami

Dikau duduk di sana demi kami

Wakili kepentingan kami

Tanpa dukungan kami

Dikau bukan apa apa

Tanpa suara kami

Dikau tidak siapa siapa

Tanpa ada kami

Dikau tak bisa buat apa apa

Kami adalah mataMu

telingaMu

perpanjangan tangan Mu

bahkan kami juga adalah kaki

yang membuat diriMu kuat berdiri

berjalan dan berlari

tapi kini

kebablasan langkahMu

Dikau lari menjauh

lupa diri

lupa kami

lupa semua janji janji manisMu

sebab candu duniawi

sembunyi di bilik mati demokrasi

Pagi, 30 Oktober 2014



Mati Demokrasi

Di Rumah Sendiri

Lagi, lagi dan lagi

Masih yang itu itu lagi

Adu nyali

Jiwa kenegarawan mati

Di rumah sendiri

Adu dalih

Gigih berdisikusi

Tanpa arti

Tanpa solusi

Wajar kini kami membenci

Sakit hati dan memaki

Wahai wakil kami

Di dewan perwakilan konstitusi

Mana janji janji..

Mengapa tipu kami

lakon demokrasi mati

di negeri sendiri

kami tak berarti

Lihatlah api di mata kami

Siap membakar diri

29 Oktober 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline