NYANYIAN RINDU
Berjalandi antara butiran pasir
Serasa ribuan duri menuai luka di atas luka
Terdampar sendiri di padang kering kerontang
Sunyihanyaada desah kesat daun ilalang
tersapu angin
gemeretak reranting patah
terinjak kaki gontai melangkah
Tak pasti kemana nasib membawa
Semisal kegersanganberlalu bergantimusim
bilur rindu mungkin tidak menyiksa
perjalanan ini sangat menyakitkan
Kemanakan dibuang rindu
Bila duka tak bisa temukan jalannya
Sabtu malam, 9 Agus 2014
CINTA BUKAN CERMIN SESAAT
Adilkah untuk Ku....?
Terlambat Kusadari
tapi rasa Ku masih seperti dulu
Selamanya ia takanberubah
Takan goyah
Meski waktu pergi meninggalkan
Sebab ia bukan cermin sesaat
Juga bukan secangkir kopi dalam gelas yang retak
Bukan juga kumbang hinggap sesaat mengisap madu
Lalu pergimencari bunga yang lain
Bandar Udara Soekarno Hatta
11 September 2014
Duri
Dikau pergi...
Sanggupkah Aku setelah
Begitu banyak meneguk manisnya
Madu yang Dikau suguhkan
Laksana anggur memabukan
Dulu Kuberharap Dikau menjadi mawar
Harum semerbak mereka jiwa
Beri Aku penghidupan
namun Dikau memilih jadi duri yang bisanya
Telah menikamKu
Mati...
KISAH YANG TLAH USAI
inihari Kututup buku
Cerita tentang Mu
kisah yang tak ingin Kubunuh
Sebab Dikau Kupinta
Hapus Aku dalam lembaran diaryMu
Biar terkubur saja Aku
moga luka terbasuh waktu
keranjang rindu
Ku kembalikan padaMu
kenangankita Kusimpan di situ
Solo Balapan, 26 Oktober 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H