Lihat ke Halaman Asli

Cathaleya Soffa

Ibu Rumah Tangga

Mahasiswa di Ambang Fajar

Diperbarui: 20 September 2019   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merdeka.com

Ketika tulisan ini kusangkurkan ke dalam kotak layar bercahaya. Aku sedang meraba hati. Nurani yang terpanggil untukmu yang kini sedang di ranah juang. Menyatu dalam barisan bela sungkawa. Nagari kita dilanda kecemasan. Nagari kita dilanda lara berkepanjangan. Tangis tak berkesudahan. Nestapa tak kunjung redam.

Aku menunggumu, Mahasiswa. Kau yang berjas wibawa dengan logo kampus. Kau yang selalu terdepan dalam menjaga stabilitas nagari ini. Sebagai tonggak berdirinya pilar-pilar kemerdekaan dari propaganda, dari kelaliman, dari kepongahan, dari penindasan dan ketidakberdayaan. Kau berdiri gagah perkasa.

Aku menunggumu hingga detik ini. Bahkan ketika dini hari kau terjaga dalam langkah juang untuk nagari yang kau sebut Indonesia.

Mahasiswa. Jika ini sudah menjadi tekadmu untuk mengakhiri keterpurukan tanah air kita. Maka di sini aku. Kami yang telah dahulu bercengkrama berorasi sebelummu. Mendukungmu. Mengantarkanmu. Meraih tanganmu dalam segala bait doa-doa keselamatan, kemudahan, kelancaran dan agenda-agenda baikmu terijabah oleh Allah yang Maha Kuasa. Akankah kau dengar doa-doa  kami?

Mahasiswa.

Ketika langit masih padam. Ketika fajar masih terlipat aromanya. Cahaya mentari masih terkulai lemas di pembaringan. Ketika kokok ayam bersahutan. Sosokmu adalah kegigihan yang kami tunggu. Di medan laga adalah langkah juangmu yang kami nanti. Ketika lengan-lengan bajumu kau singsingkan. Maka, tekad bayangan kami berada di segala penjuru ragamu. Tetaplah di laju yang sama. Semangat untuk kebaikan nagari kita ini. Jangan gentar. Jangan takut. Allah Taala bersama kalian.

20 September 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline