Kita. Adalah cercah cahaya yang berbeda pendarnya. Ujung dunia yang saling berlawanan. Namun memiliki daya juang untuk mengikat simbol simbol cinta yang halal. Kau cinta yang disematkan Tuhan. Tersembunyi di antara barisan siluet panjang. Rekah dibalik awan. Membias keperakan.
Kau menuntunku kepada pintu yang agung. Membukakan tirai demi tirai tabir. Pengikat cinta yang kita labuhkan bersama. Jauh sebelum Tuhan meniupkan ruh ruh kita menjadi janin. Aku masih menjelma debu. Menjelma bayangan biru. Legam di langit paling tinggi.
Zauji. Di bahumu kini kusandarkan. Segala marwah. Rasa. Dan jingga di senja kali ini, baiklah kutuliskan rindu. Tanpa jeda. Kurapalkan segala doa. Biar kulangitkan. Bersama angin dan udara yang menguap.
Karena kau! Mata air surga. Sumber keteduhan. Kedamaian. Dan cinta tanpa gagu dan terbata bata.
Ciputat, 21 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H