Lihat ke Halaman Asli

Cathaleya Soffa

Ibu Rumah Tangga

Puisi | Angin, Cahaya, dan Tumpukan Manik-manik

Diperbarui: 29 Desember 2018   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Angin bertiup kencang dari arah tak terduga. Semiliri genting genting. Diantara ranting dahan yang meliuk. Kesiur. Pohon yang bertumbuh. Kau akar yang menghujam.

Segenap sinar yang membeku. Cahaya yang tersapu. Adalah senandung ceria daun daun yang mengalun. Itu pijar pijar lentera yang menyala. Ciut di batang batang bambu. Kau belantara, di rimbun semak dan belukar.

Lalu siang bergeser. Temukan ranah di tumpukan kilau manik manik. Apakah itu kilat di cahaya yang berjatuhan? Sebagai petir di waktu hujan. Atau sebagai guntur sewaktu rimis menerpa.

Sekali lagi, kau yang tersirat. 

Ciputat, 29 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline