Lihat ke Halaman Asli

Cathaleya Soffa

Ibu Rumah Tangga

Puisi | Persepsi

Diperbarui: 23 Desember 2018   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di hadapan pagi, kita adalah embun embun yang membuncah. Titik titik air membulir. Dari hulu ke hilir untuk sejenak menapaki ruang dan jarak. Kau lamunku dalam tindak lakumu.

Di hadapan pagi, aku perempuan, kau jantung yang membersamai. Pada sisi kananku kaulah yang telak memahat. Mendera tiada jera. Menjadi sepasang merpati. Aku di sisimu. 

Di hadapan pagi kau adalah ranum decak rindu. Pagi kukulum tenang. Sekuncup kecup riang bunyi bunyi silir cericit kenari. Berdendang, berkecipak riuh di gendang telinga. Kaulah nyanyian pagi.

Di hadapan pagi, dari anak anak fajar yang bersiul. Kau adalah sekumpulan langit rekah yang tabah. Kau adalah rintik rintik embun yang mengalun. Pagi yang bahagianya tersulur kepada cinta ang paling tinggi. Dan pendam luka yang paling jauh.

Aku adalah batu. Biar kau ukir semaumu. Tentangku pagi adalah derai syahdu. Bagimu pagi adalah derai rindu.

Ciputat, 23 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline