Aku melihatmu dekat. Seerat genggaman tanganmu yang hangat. Lekat di bagian bahumu yang tegar. Aku terjaga dari matamu yang menjaga. Dari angin yang hilir yang sesekali menyingkap. Tabir rindu yang berkali jatuh. Berkali kali tunduk ke dasar cintamu yang kukuh.
Aku melihatmu dekat. Serekat candu rinduku. Ketika ia mengajakku berburu. Di lebatnya rimba belantara. Membidik kijang dengan tanduk tindaknya yang berlompatan. Ia berlarian. Seperti rinduku yang tak letih. Mendapatimu dengan rasa tumpah. Kita adalah rindu yang ditenggelamkan senja dan sendu tertuju padamu.
Aku melihatmu dekat. Di buku buku itu ada banyak coretan namamu. Berkata kata. Berlirik lirik. Saling mengait. Begitu dekat. Kita dinisbatkan sebagai sepasang merpati. Disahkan oleh gugusan bintang bintang. Diikrarkan oleh mentari yang nyalanya tak pernah pudar. Kedekatan kita adalah sepasang kekasih yang telah dihalalkan.
Dan aku melihatmu dekat. Sedekat degub jantungku yang berpacu. Kau belahan jiwaku. Mutiara hidupku.
Ciputat, 11 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H