Karena kita itu memiliki radar. Hendak kemanapun pergi, tuju hati ini tak jauh dari benak. Bahkan tapak kecil dan lorong panjang nan tak berujung. Dalam lipatan lipatan memori. Yang kita telah membuangnya, kau mengingatnya. Maka aku pun demikian.
Sungguh ini adalah ikatan, rasa yang sangat pantas. Pada hela nafasku adalah paruh jantungmu. Biarkan aku tenggelam di dalamnya.
Karena kita itu memiliki radar. Maka sungguh jika kau jauh, lalu terjatuh. Tangisi hati yang rapuh. Berletih lelah tak sanggup untuk mengasah asa. Degub debur jantung sisi kananku membelah. Mendadak luka tak bersebab. Bertanya pada hati ada apa denganmu? Radarku mencarimu... menemukanmu dalam mimpi. Repih perih sendiri.
Ciputat, 4 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H