Lihat ke Halaman Asli

Cathaleya Soffa

Ibu Rumah Tangga

Puisi | Tiga Puluh September

Diperbarui: 25 September 2017   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tinggal menunggu hari, peristiwa setengah abad lalu menjadi cerita. Pengorbanan dari para pejuang tangguh. Tak kenal lelah letih membela negara. Prajurit prajurit hebat dengan gagahnya memberantas kelaliman. Menjaga kedaulatan negara. Mempersatukan NKRI. Merekalah yang hakiki dengan seruan lantang Allaahu Akbar... Allaahu Akbar.

Berbinarlah rakyat dan pembela agama. Berdiri beriringan membantu bahu membahu bersama. Membangun bangsa dengan cucuran keringat hati dan pikiran. 

Dan kini kisah itu menjadi pahit. Bagai menelan buah maja. Perjalanan yang seharusnya mulus ternyata terendus. Pengkhianat merajalela. Ditingkat bawah hingga menengah ke atas telah terjangkit virus paham komunis. Paham apakah itu? Tanpa agama. Tidak ber Tuhankan.

Coba tengok. Lihat Mereka di kala itu. Coba baca, sejarah menuliskannya. Mereka dibunuh disiksa dikhianati. Tanpa ampun dan belas kasih dianiaya tidak berperikemanusiaan. Apa yang salah dari mereka, kita, yang memiliki Tuhan? Apa yang salah dari mereka, kita, yang punya agama. 

Pengkhianat itu komunis. Kau tahu komunis?! Ialah yang tiada ber Tuhan. Sementara kita Pancasilais. Ber Tuhan. Pantaskah yang tidak ber Tuhan tinggal di Negeri Pancasilais?

Tiga Puluh September. Kisah nyata yang jadi saksi bisu. 

Semoga tidak terulang kembali.

Cathaleya Soffa 

Ciputat, 23 September 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline