Lihat ke Halaman Asli

Sungguh

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau tak perlu bertanya,

Kenapa aku sampai menangis seperti ini,

Kau tak perlu heran,

Kenapa aku begitu sedih seperti ini,

Sungguh,

Ketika kau menyebut nama itu,

Dadaku sangat berat, tanpa sadar air mataku menetes,

Karena aku sangat merindukannya,

Hatiku yang kotor ini,

Sangat merindukan dengan sebaik makhluk,

Kau lah cintaku, kau lah harapanku,

Kau lah Nabi Muhammad yang terpilih,

Kau lah obat, kau lah pembawa berkah

Sholawat dan Salam selalu untukmu,

Tiada kejahatan yang mendekat, tiada ketakutan yang mendekat,

Semua hanya ada keceriaan, karena Berkah darimu,

Akhlaknya mulai tak terlukiskan,

Beruntungnya mata-mata yang pernah memandangnya,

Habislah pujian para penyair untuk menyanjugnya,

Kau lah cintaku, kau lah harapanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline