Lihat ke Halaman Asli

Eksis di Dusun Kecil

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski tergolong dusun kecil yang letaknya cukup jauh dari jalan raya, namun dusun Karanggenengyang terletak di desa Payaman, kecamatan Secang, kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini tidak ketinggalan dengan dusun-dusun lainnya. Terbukti dengan cukup aktifnya masyarakat sekitar membangun dusun ini, terutama para remaja.

Para remaja di dusun Karanggeneng membentuk suatu komunitas yang menamakan dirinya sebagai AlFata-AlFatayat, atau dalam bahasa indonesianya pemuda-pemudi. Didirikan oleh Bapak Khudhori (alm) 39 tahun silam, AlFata-AlFatayat merupakan wadah bagi remaja yang diharapkan nantinya bisa membangun masyarakat. Dengan latar belakang menyatukan berbagai gagasan untuk dijadikan gagasan baru yang lebih bagus, AlFata-AlFatayat ini biasanya merekrut anggota ketika remaja sudah menginjak kelas 2 SMP.

Sistem kepemimpinan di AlFata-AlFatayat sendiri menerapkan sistem demokrasi. Pemimpin dipilih melalui suara tebanyak. Namun, yang menetukan kandidat pemimpinnya adalah pembina dari AlFata-AlFatayat itu sendiri. Masa jabatan kepengurusan adalah 3 tahun. Komunitas ini terdiri dari ketua 1, ketua 2, bendahara, sekretaris, humas dan penggerak masa.

Komunitas ini rutin berkumpul di masjid An-Noor Karanggeneng dua minggu sekali setiap sabtu malam. Kegiatan yang utama adalah membaca surat Yasin yang ditujukan untuk orang tua. Setelah itu acara dilanjutkan dengan diskusi. Mengungkapkan semua masalah atau gagasan yang ada, baik masalah agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya. Selain itu, setiap pertemuan juga diisi dengan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan bicara, pelatihan tata karma dan sebagainya. Kegiatan kultum oleh anggota AFata-AlFatayat juga selalu ada di sela-sela pertemuan tersebut.

Dengan visi subhanul yaum rijalul ghod atau pemuda sekarang adalah pemimpin di masa depan, komunitas ini mengadakan iuran wajib bagi anggota, yaitu seribu rupiah setiap bulan. Kegiatan tahunan yang rutin diadakan adalah wisata ziarah di daerah magelang dan sekitarnya. Kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh remaja tapi hampir seluruh warga masyarakat karanggeneng. Selain itu, komunitas ini juga pernah mengadakan kegiatan jalan santai yang melibatkan seluruh warga Karanggeneng.

Tergolong komuitas islam, tidak kemudian membuat Alfata-AlFatayat menjadi ketinggalan zaman. Sering diadakan diskusi mengenai masalah IPTEK yang menghadirkan beberapa tokoh. Sehingga diharapkan, remaja di karanggeneng tidak gaptek serta tetap berakhlakul karimah.

“Saya berharap remaja di karanggeneng ini berwawasan luas, sehingga tidak ketinggalan dengan remaja di perkotaan. Namun tetap menjunjung tinggi akhlakul karimah,” ujar Feri Iskandar, ketua AlFata- AlFatayat peiode2002-2004.

Meski sudah diatur sedemikian rupa, namun namanya komunitas tetap selalu ada masalah. Masalah yang sering muncul adalah kedisiplinan dan pembagian tugas. Namun, komunitas ini tetap bisa eksis, karena sebagian besar anggotanya tetap kompak. Hal lain yang bisa di banggakan adalah komunitas ini berjalan sendiri, tidak ada campur tangan orang tua. Sehingga anggota bisa belajar mandiri dan tidak ketergantungan. (Minal Maimanah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline