Lihat ke Halaman Asli

Pria Itu Sesenggukan Disampingku

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

134059304897259961

[caption id="attachment_184344" align="aligncenter" width="300" caption="http://trak.in"][/caption] Dikisahkan soerang ibu bersama anaknya yang mungkin belum genap berusia sepuluh tahun menghadap kepada seorang imam besar sumber dari segala sumber ilmu di Makkah. “Ya Syekh, ijinkanlah anakku ini untuk tinggal bersamamu untuk menimba ilmu darimu”, berkata ibu itu sambil menatap anak tanggungnya yang mematung disampingnya. “Wahai ibu, bawalah kembali anakmu itu kerumahmu dan kembalilah setelah memang telah cukup usia dan kemampuannya”, dengan lembut seorang imam yang dipanggil ‘Syekh’ oleh ibu tadi menjawabnya untuk menolak secara halus keinginan ibu tadi. Seperti tidak mau kalah, ibu tadi menjelaskan lebih jauh kepada Sang Syekh yang berada dihadapannya. “Maaf Ya Syekh, tapi anak ini sangat berbeda dengan anak-anak pada umumnya, sejak usia 7 tahun dia telah menghafal al-Qur’an dan ribuan hadits Nabi S.a.w bahkan anak ini telah hapal seluruh isi kitab hadis Muwatta yang ditulis oleh dirimu ya Syekh....” Betapa tercenangnya Sang Syekh mendengar penjelasan ibu dihadapannya tentang seorang anak tanggung yang menjadi anak kandung ibu itu. ********** Itulah sepenggal tausiyah dari khotib jum’at yang memaparkan bagaimana menciptakan anak yang cerdas dan bertakwa sekaligus, dengan prolog kisah perjalanan hidup Imam Syafe’i yang merupakan salah satu dari empat imam mahzab. Setelah potongan kisah tersebut khotib menjelaskan lebih detail tentang cara mendidik dan memelihara anak-anak kita yang merupakan amanah dalam konteks suasana realitas kekininan yang semakin berat cobaan dan tantangannya ditengah-tengah gempuran budaya yang tidak baik yang bahkan dapat membius setiap harinya melalui media-media yang mudah dijangkau oleh anak-anak kita tanpa kita sadari. Dan dalam waktu yang bersamaan ketika Saya sedang menikmati ‘hidangan’ nasihat yang begitu lezat dan aktual tersebut, tanpa Saya sadari seorang pria berpeci putih, berkulit hitam dan berbadan tegap yang duduk disampingku sesenggukan setiap kali intonasi ceramah Sang Khotib meninggi untuk menekankan pentingnya isi khutbah yang dibawakannya. Ya... pria itu menangis tersedu disampingku sambil menutupi mukanya dengan kedua belah tangannya seolah memecah konsentrasiku menikmati hidangan nasihat diwaktu siang ini. Entah apa dibalik pikirannya, namun pastinya materi khotbah yang disampaikan oleh khotib siang itu mungkin menyentuh pikiran sadarnya sehingga membuat pikirannya melayang kepada anak-anaknya dirumah (#itu hanya analisa bodohku saja sih, bisa saja dia menangis mungkin karena meratapi dompetnya yang baru hilang sebelum memasuki masjid ini). Aku tetap bersikeras untuk berkonsentrasi mendengarkan nasihat itu karena bobot isinya yang menurutku sangat menarik (asal tau saja kawan, sangat jarang diriku bisa bertahan sebegitu lamanya ditengah-tengah suatu khotbah jum’at :)), tapi apa daya... suasana tangis pria itu memaksaku untuk ikut larut dalam pikiranku sendiri merenungi dan membayangi wajah ketiga anakku dirumah........ ********** Anakku..... besuk dirimu akan menerima laporan hasil perkembangan belajarmu selama ini, semoga saja usahamu mendapatkan tempat yang terbaik dalam ridhoNya.... dan maafkan kami orangtuamu yang selama ini mungkin kurang maksimal mendampingimu belajar... ********** Untuk anak-anaku dan seluruh anak calon pemimpin negeri, Selamat atas pembagian laporan hasil belajarmu dan selamat menikmati liburanmu...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline