Lihat ke Halaman Asli

Domino

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock




Cinta kasih itu memiliki efek domino.
Demikian juga segala hal negative, dosa kejahatan itu seperti domino.
Berantai, Sambung menyambung.

Misalnya seorang bapak dimarahi bos di kantor, lalu si bapak di rumah memarahi istrinya.
Istrinya memarahi anaknya. Anaknya memarahi adiknya. Dsb.

Bila bapak A membenci bapak B.
Lalu bapak A mengajarkan anaknya untuk ikut membenci bapak B. Dan sebaliknya.
Anak anak bapak A menjadi sering berkelahi dengan anak bapak B.
Dari perang mulut jadi main tangan, akhirnya mungkin ada yg dibunuh.
Bila anak bapak A membunuh anak bapak B.
Keluarga B membalas dendam dengan membunuh anak bapak A.
Akhirnya tanpa disadari cucunya nanti ikut ikutan musuhan, bisa turun temurun keluarga A & B musuhan.
Mungkin juga mengajak tetangga dan teman teman mereka ikut bermusuhan.
Tanpa terasa 1 kampung bertengkar dengan kampung lain.

Mugkin bisa juga membawa bawa agama bila kebetulan berlainan agama. Dsb.
Dari 2 orang yg saling benci akhirnya yang berdosa semakin berantai, semakin banyak.

Makanya di agama kita diajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Agar kita bisa memutus mata rantai kejahatan.
Tidak bergulir terus seperti  domino atau seperti bumerang yg akhirnya bisa kembali menyakiti diri kita sendiri.


Bagaimana reaksi kita terhadap pelaku kejahatan ?



Termasuk yang manakah kita ?
Apakah kita membela orang yg bersalah hanya karena pelaku sekubu dg kita ?

Ataukah kita tipe yg cepat marah ingin menganiaya  / membunuh pelaku ? atau ikut menyoraki pembunuhnya ?

Bila kita membela orang yg berdosa dengan mengbenarkan dosanya,.

berarti kita mencintai sesama kita lebih daripada kita mencintai Tuhan.
Dengan membiarkan kejahatan tanpa upaya menghentikan kejahatan itu ,
sebenarnya kita
sudah ikut berdosa juga.

Bila ada yg bersalah, berdosa, sebaiknya dinasehati,dikoreksi agar bertobat.
Bukan dibela dosanya hanya karena pelaku adalah saudara atau teman kita, seagama, sesuku, segolongan dsb .

Jangan juga malah dibalas dendam dengan kejahatan lain misalnya dengan dibunuh.
Berarti kita ikut ikutan berdosa.


Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan.
Namun juga jangan membiarkan kejahatan tetap berjalan tanpa upaya menghentikannya.
Hentikanlah mata rantai dosa itu, jangan ikut memperpanjang mata rantai dosa itu.

Contoh kasus.

1. Charlie Hebdo
Contohnya dalam kasus Charlie Hebdo.

Bila teroris yg membunuh kartunis dibela dianggap berhak membunuh ,
Bukankah itu sudah membenarkan dosa mereka ?

Demikian juga bila kita membela kartunis dianggap berhak menghina agama,
bukankah itu juga sudah membenarkan dosa mereka ?

Lihatlah karena 1 orang yg berdosa ( kartunis itu ) , efeknya banyak orang yg ikut berdosa.
Memancing orang menjadi berdosa, menjadi Pembunuh mereka dan masyarakat yang ikut ikutan bertengkar
dan saling benci karena peristiwa itu jumlahnya tidak terhitung.

Lebih aneh lagi adalah pelakunya atheist tapi malah umat yang berlainan agama saling bertengkar.
Kok bukannya yang beragama menobatkan yang atheist, malah saling bertengkar antar agama ?

Itu mata rantai dosa yg harus diputus.

2. Kasus Hukuman mati
Contoh lain dalam kasus hukuman mati bagi kriminal Narkoba.
Bila kita membunuh kriminal Narkoba, bukankah itu kejahatan yang dibalas dengan kejahatan ?
Dalam hal ini semula semula ada 1 pihak yg berdosa , si kriminal narkoba itu.
Namun bila kita membunuh mereka, berarti ada 2 pihak yg berdosa.
Si kriminal dan kita yg menjadi pembunuh.
Semakin banyak orang berdosa , semakin senang iblis karena makin banyak calon penghuni neraka.
Berarti mata  rantai dosa semakin panjang.


Bukan berarti kita harus membiarkan kejahatannya.

Kejahatan harus di stop.
Tapi hukuman penjara seumur hidup misalnya lebih manusiawi.
Karena si pelaku masih punya kesempatan bertobat di penjara.

Bila pelaku bertobat, berarti kita sudah menolong Tuhan untuk menobatkan seseorang.
Bukankah sebagai umat beragama, kita bukan saja perlu menjaga iman kita sendiri.
Namun kita juga perlu mengajak sebanyak banyaknya sesama kita untuk bertobat .

Penjara adalah “correctional facilities”.
Tempat memperbaiki dengan tujuan memperbaiki si Kriminal agar bertobat.
Di beri ketrampilan agar bisa mendapat pekerjaan yg halal.
Di beri bimbingan rohani sesuai agama masing masing agar bertobat.
Jadi di penjara bukan karena balas dendam , bukan karena kebencian.
Tapi dasarnya adalah cinta kasih pada sesama.

Love is correcting.
Negara hendaknya menjadi seperti seorang ibu yang melindungi anak anaknya.
Negara perlu melindungi rakyatnya.
Seperti seorang ibu yang anaknya nakal, misalnya mencuri atau memukul adiknya .
Tentu akan dinasehati agar berubah menjadi baik. Dihukum bila perlu tapi
Tidak akan ibu itu membunuh anaknya.
Namun ibu yg baik juga tidak akan membela kesalahan anaknya.
Ibu itu tentu tidak mau anaknya terus nakal mengganggu adiknya atau terus mencuri,
hingga bisa masuk penjara setelah besar, bisa masuk neraka bila meninggal.

Ibu itu pasti mendidik anaknya agar berubah baik.

Narapidana juga mahluk ciptaan Tuhan yang dicintai Tuhan.
Bila dibunuh maka mereka tidak punya kesempatan bertobat , bisa langsung masuk neraka.
Tuhan tidak menghendaki satupun umatnya masuk neraka.

Maukah kita membantu Tuhan membawa sesama kita ke pertobatan, kembali ke jalan yg benar ?
Maukah kita menolong Tuhan untuk menyebarkan mata rantai kasih ?

Ataukah kita ingin membantu iblis menyebarkan mata rantai dosa ?

Banyak juga mantan narapidana yang bertobat, yang hidupnya jauh lebih baik dari kita .
Bahkan ada mantan narapidana yang menjadi rohaniwan.
Malah dia sudah ikut menobatkan banyak orang lain.
Bukankah itu berarti menjadi mata rantai kasih.
Dari satu orang yang bertobat, banyak orang lain yang ikut bertobat.


Bila ada yg berargumen bahwa mereka masih bisa menjalankan bisnis narkobanya dari penjara.
Bukankah dalam hal ini sistem aparat di penjaranya yang harus diperbaiki ?
Bila aparat penjaranya tidak beres, bukan cuma gembong narkoba yg bias
tetap menjalankan tindakan kriminalnya.
Juga narapidana lain masih bisa tetap menjalankan kriminalitasnya.
Misalnya y
ang germo masih bisa tetap menjalankan bisnis pelacurannya.
Yang koruptor masih bisa korupsi. Dsb.

Lalu apakah semua narapidana itu harus dihukum mati ?
Kenapa yang koruptor masih bisa menjabat ? Sedangkan yang narkoba harus dihukum mati ?
Apakah tidak double standard ?

Jalan Setan itu mudah , Jalan Tuhan itu sulit.
Bila ada yang beranggapan bahwa saya terlalu idealist, bahwa pada prakteknya tidak mudah.
Tentu saja tidak mudah. Pepatah mengatakan " nothing good comes easy ."
Mengikuti jalan Tuhan itu tidak mudah.
Makanya ada di kitab suci bahwa jalan menuju neraka itu lebar dan jalan menuju surga itu sempit.

Jalan setan dengan berdosa itu mudah dan terlihat enak.
Coba lihat para kriminal itu makanya memilih mengedarkan narkoba karena ingin cara mudah mendapatkan uang
.
Karena ingin jalan pintas menjadi kaya. Kalau mau mengikuti jalan Tuhan memang susah.
Tapi janganlah kita seperti para kriminal yang suka mencari jalan pintas y
ang mudah dengan membunuh.
Memang mudah tapi menjerumuskan diri kita sendiri.
Ikut domino dosa itu mudah dan enak. ikut domino kasih itu sulit.
Tapi tentu kita tahu jalan mana yang menyesatkan dan jalan mana yang menyelamatkan kita.


Karena hukuman mati itu, sekarang mata rantai dosanya sudah bergulir.

Australia sudah mau memboikot pariwisata Indonesia. Bisa bisa memicu ketegangan Indonesia- Australia. Kapan ya bisa putus mata rantai saling benci begini ?
Siapa yang mau berjiwa besar mengalah ? Semua pihak merasa benar.
Semoga tidak berkepanjangan , kasihan masyarakat di Bali yang hidupnya bergantung dari pariwisata.

3. Perang
Contoh mata rantai dosa yang paling jelas adalah perang.
Kenapa ada bangsa yang terus terusan perang tidak ada habis habisnya dari dulu hingga kini ?
Karena tidak bisa memutus mata rantai dosa.
Sehingga berada dalam kekuasaan iblis untuk saling membenci sesama. Tidak mampu memaafkan.

Malah akhirnya menjerumuskan diri sendiri, menjerumuskan keturunan mereka sendiri ke sengsaraan perang
tanpa henti, dan bila tidak bertobat , akan menjerumuskan diri mereka sendiri ke neraka.


Bagaimana dengan kita ?
Bila kita meninggal nanti, kita akan ditanya apa saja amal perbuatan kita di dunia.
Dan siapa saja yang sudah kita ajak masuk surga.

Bila kita tanpa sadar berada dalam mata rantai dosa. Bertindaklah segera, putus mata rantai dosa itu .
Agar anda dapat menghentikannya , tidak bergulir terus memakan korban berikutnya.

Belajar memaafkan, agar diri kita sendiri tidak terseret jatuh ke dosa.

Setiap hari penghuni surga dan penghuni neraka mengulirkan domino yang berlawanan dalam peperangan rohani.
Masing masing pihak ingin memperbanyak anggota. Tuhan ingin sebanyak mungkin manusia masuk surga.
Setan ingin sebanyak mungkin manusia masuk neraka.

Setiap hari tanpa sadar kitasudah ikut menggulirkan sebuah domino.

Domino apakah yang ikut kita gulirkan, domino kasih atau domino dosa ?
Siapakah yang kita bantu ? Pihak Tuhan atau pihak iblis ?

Silahkan simak video kindness bumerang ini


https://www.youtube.com/watch?v=nwAYpLVyeFU

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline