Lihat ke Halaman Asli

Cerita Pada Senja

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gema senja kemarin, yang menggaung sampai malam, terbawa hingga alam bawah sadar terus menjadi hantu yang kelaparan hingga fajar. Ini tentang Fin.

Menyakitkan ketika seseorang membuatku begitu istimewa, lalu membuatku penuh tanda tanya. Dan akuhanya bisa berpura-pura bahwa tak terjadi apa-apa.

Bodoh!
keistimewaan kali ini hanya sebuah fatamorgana. Yang saat jauh nyata dan ketika dekat maya. Dan kedekatan itu sepertinya hanya akan terbungkam ketika menjelm dalam kenyataan.

Bodoh!
Terus berpura-pura, mencari banyak bahan pembicaraan yang tak penting hanya demi sebuah percakapan semu.Yang tak Nampak, yang terwujud menjadi sebuah kata dalam rangkaian huruf-huruf diudara.

Sudahi. Berhenti..

Hidupku akan menjadi tak menarik jika rutinitasku kini adalah mencari tau rutinitasmu.
hidupku terabaikan ketika menghabiskan waktu untuk berandai dan meyakinkan diri bahwa kamu sama sepertiku. Sepertiku yang menghirup napas disini namun aliran darahku mengikat oksigen sembari berusaha merasakan kau bernafas disana.

Aku akan terus menjadi orang bodoh yang khawatir terabaikan, terlupakan dan tergantikan oleh milyaran orang lain yang beberapa diperkenalkan Tuhan padamu. Haha, tergantikan? Bahkan aku tak sadar posisiku.

Aku kalah oleh ambisiku sendiri. Aku menjadi orang yang tak bisa memaknai hidup, ketika aku membatasi dan menganggap orang lain disekitarku menjadi tak begitu penting. Aku hanya senang dengan ceritamu, biarpun ribuan orang disisni membuatku tertawa tanpa beban. Aku menganggapnya selingan.

Dan aku kesepian. Merasa sendiri saat tau hidupmu tak berjalan seperti hidupku.

kemudian aku sadar siapa dan bagaimana aku. Inilah aku, yang selalu menginginkan satu tanpa melihat yang lain. Yang selalu menggenggam erat satu dan membatasi dari yang lain. Yang merasa cukup ketika menemukan satu dan bertingkah seolah tak butuh yang lain. Dan yang selalu menyesal ketika satu itu menghilang dan baru sadar tak punya yang lain, tidak satupun.

Dan aku memahami, kamu berarti. Entah karna apa, entah sejak kapan.

Tapi aku takmau menjadi orang bodoh lagi. Menjaga perasaanku sendiri itu lebih baik. Dari pada mengharapkan orang lain menjaganya..

Ia kan Fin? Selamat pagi.. semoga harimu indah.Kau tak pernah bilang aku ini bodoh. Tapi kau membuatku merasakan sesuatu yang membuatku bertindak bodoh.
Bukan salahmu. Lanjutkan hidupmu. Nikmati saja..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline