Lihat ke Halaman Asli

Pupuk Subsidi, Rebutan Rejeki

Diperbarui: 19 Desember 2024   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pupuk nersubsidi

Di sebuah desa kecil bernama Sumberjaya, terdapat sebuah kios pupuk bersubsidi milik Pak Imam. Kios ini menjadi tempat strategis bagi para petani yang ingin mendapatkan pupuk murah, terutama saat musim tanam tiba. Namun, belakangan, suasana kios Pak Imam tak pernah sepi dari keramaian --- bukan keramaian pelanggan biasa, tapi keramaian protes dan tuntutan.

Hari itu, suasana di kios Pak Imam makin panas. Seorang petani dari Desa Mentobiraya bernama Pak Udin datang dengan wajah ditekuk seperti tahu basi. Dia langsung melabrak Pak Imam.

"Pak Imam! Kok tahun ini saya nggak kebagian pupuk?! Tahun lalu dapet, sekarang nggak! Gimana ini?!" teriak Pak Udin dengan nada setengah berteriak.

Pak Imam, yang sedang asyik mengatur karung pupuk, menghela napas panjang. "Ya ampun, Pak Udin, data nama bapak nggak ada di kelompok tani tahun ini. Coba cek ke ketua kelompok deh. Bukan salah saya, lho."

"Ah, alesan aja! Tahun lalu ada, kenapa sekarang nggak ada?! Saya kan tetap Pak Udin, nggak berubah jadi Pak Paijo!" balas Pak Udin sengit.

"Iya, Bapak nggak berubah, tapi daftar kelompoknya yang berubah," jawab Pak Imam santai sambil sesekali menata pupuk.

Sementara itu, suasana makin ricuh ketika tiba-tiba datang seorang pria berbadan besar dengan kaos ormas bertuliskan "Bersatu Kita Kuat, Sendiri Kita Lemas." Pria itu bernama Alen, anggota ormas lokal yang dikenal suka "ikut campur urusan rakyat". Dengan gaya garang, ia melangkah ke kios Pak Imam sambil mengunyah permen karet, langkahnya mirip aktor laga di film silat.

"Woi, Pak Imam! Mana jatah pupuk buat ormas? Saya butuh satu karung buat taneman di halaman rumah, nih!" katanya dengan nada sok berkuasa.

Pak Imam yang tadinya sabar, kali ini mulai jengkel. "Ormas itu tugasnya ngurus masyarakat, bukan ngurus pupuk! Ini pupuk buat petani, bukan buat tanaman hias di rumah sampean, Mas Alen."

"Lho, lho, lho! Bapak jangan main-main sama ormas, ya. Kami ini pengayom masyarakat, pengaman desa, sekaligus pengontrol stabilitas harga tahu bulat!" ucap Alen sambil melipat lengan bajunya, seolah-olah siap bertarung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline