Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Cerpen: Keris Mang Liluk

Diperbarui: 20 Agustus 2021   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

yukepo.com

Cerpen : Keris Mang Liluk

Ketika usianya memasuki angka 80 tahun, penduduk Desa Lilot mulai berkeyakinan, ajal Mang Liluk tinggal menghitung waktu saja.. Melihat tubuh rentanya yang tergolek lemah dan ringkih, terbaring di ranjang tua peninggalan kompeni, barangkali tak sampai sekilo beras, Mang Liluk sudah berangkat ke alam baka. 

Dan tentunya rimba persilatan akan kehilangan pendekar paling melegenda di Kampung Lilot. Pria tua yang selama hidupnya sendiri ini dikenal penduduk Desa memiliki kekuatan yang amat supranatural. Bukan hanya mahir dalm melakoni aksi silat, namun pria renta ini juga amat tersohor sebagai seorang yang sakti. Banyak orang sehat berkat doanya. Dan banyak pula para bangsawan pikiran bangsa yang menduduki posisi penting diberbagai posisi dan jabatan pada pemerintahan. Mulai dari Kepala Desa hingga Gubernur berkat tangan dinginnya. Singkat cerita dimata masyarakat Desa Lilot, Mang Liluk adalah manusia sakti.

Oleh karena itu sudah tiba waktunya,bagi lelaki yang menghabiskan masa hidupnya dengan hidup sebatang kara di ujung Desa ini mewariskan berbagai keahlian yang dimilikinya, terutama keris yang dianggap orang kebanyakan sebagai keris titisan Gunung Benjol kembar Dua yang telah dimiliki sejak puluhan tahun yang silam. 

Sebelum semuanya terlambat, sebelum mayatnya dikuburkan, sudah sepantasnya Mang Liluk segera dan secepatnya menentukan siapa yang pantas mewariskan keris keramat itu.

" Keris itu lebih mahal harganya dari harga diri Mang Liluk sendiri," umpat seorang kolektor barang antik yang telah lama memburu barang keramat milik Mang Liluk namun selalu ditolak Mang Liluk.

" Bujuklah kakek mu itu agar mau mewariskan keris itu sehingga kalian semua sebagai ahli warisnya kaya raya dan hidup senang," sela teman kolektor tadi.

" Sekali lagi mulutmu bicara seperti itu, kau akan mati . Angkat kalian dari rumah ini. Itu kalau engkau masih mau melihat indahnya rembulan malam ini," gertak Roy, anak muda Desa Lilot pemilik lahan tambang.

 Dia datang ke rumah Mang Liluk begitu mendengar pria renta ini mulai sakit-sakitan.

Entah siapa yang memulai menebar cerita sehingga keris yang selalu terpampang diruang tengah rumah Mang Liluk itu jadi bahan perbincangan dikalangan orang Desa dan Kota. Mareka begitu yakin dan sangat yakin akan kesaktian keris yang dimiliki Mang Liluk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline