Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Cerpen: Smash Mira untuk Merah Putih

Diperbarui: 15 Juni 2021   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Tiffany YH

Cerpen : Smash Mira untuk Merah Putih

Tayangan acara olahraga di sebuah stasiun televisi itu, membuat mata wanita itu memerah. Ada tetes airmata yang keluar dari bola matanya. Apalagi saat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang seiring dengan penaikkan bendera Merah Putih di podium utama gelanggang olahraga terkenal itu.

Wanita setengah baya itu seolah teringat dengan peristiwa itu belasan tahun yang lalu, saat dirinya berhasil menyabet medali emas dalam tangkai olahraga bulutangkis. Saat itu dia adalah satu-satunya altlet yang berhasil menyumbang medali emas dalam pesta olahraga ternama Olimpiade. Dia dengan bangga menyanyikan lagu kebangsaan dengan semangat patriotisme hingga tanpa terasa tetes airmatanya mengucur deras hingga jatuh ke medali yang dikalungkan di lehernya.

Kini wanita setengah baya itu harus berjuang menantang hidup  dan keganasan kehidupan dengan kemampuannya yang lain. Usai gantung raket sebagai pelubutangkis, Mira harus bertarung nyawa untuk menghidupi buah hatinya yang kini mulai dewasa dan membutuhkan biaya ekstra besar sebagai sopir angkot. Bantuan dari induk olahraga tak dapat diharapkan. Kadang ada, kadang nihil. Menjadi sopir angkot adalah pilihannya kini.

Setiap hari Mira harus bertarung nyawa dijalanan dengan angkot yang dibelinya dari hasil keringatnya saat masih berjaya. Setiap hari Mira mantan atlet itu harus berjibaku dijalanan dengan penumpangnya dan kerasnya terminal untuk bisa bertahan hidup.

Terkadang muncul rasa penyesalan yang mendalam yang tumbuh di sanubarinya. Mengapa dia tidak menyelesaikan sekolahnya?. Padahal ayahnya sangat tidak setuju dengan kiprahnya sebagai atlet bulutangkis.

" Kamu mau makan apa dari bukutangkis? Makan kok? Jualan raket?," hardik ayahnya dengan nada bertanya saat Mira lebih banyak berlatih bulutangkis ketimbang kuliah.

" Saya ingin menyumbang sesuatu buat negara ayah. Saya ingin lagu Indonesia raya berkumandang dipodium olahraga ternama itu," jawab Mira.

" lalu kamu lupakan masa depanmu? Apakah kamu siap tidak makan sepanjang hari?," tanya ayahnya kembali dengan nada tinggi.

" Kamu lupa, Nak. Kamu kurang banyak membaca dan melihat sekitarmu. Berapa banyak atlet yang mengharumkan nama bangsa di panggung olahraga internasional yang diujung hidupnya menderita. Mareka dipuja-puji saat masih berprestasi setelah itu, apa? Kamu pernah dengar nama Gurnam Sing? Hingga hayatnya hidup dalam kondisi luntang lantung," lanjut ayahnya.

 Mira hanya terdiam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline