Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Cerpen: Kue Jipang

Diperbarui: 24 Mei 2021   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cookpad.Com

Matahari mulai merangkak di langit. Matkue mulai meninggalkan rumahnya. Dengan sepeda ontanya, lelaki setengah baya itu mulai menjajakan kuenya ke toko-toko. 

Sekeranjang kue buatan istrinya di ikatnya di jok belakang sepedanya. Lelaki setengah baya itu sudah menjalani profesinya sebagai penjual kue sekitar 10 tahunan. Tepatnya ketika dia mulai memasuki masa persiapan pensiunnya.

Kue buatan istrinya dikenal dengan sebutan Kue Jipang. Terbuat dari bahan ketan yang diolesi gula merah diatasnya. Rasanya sungguh gurih sekali. Nikmatnya makin terasa. Apalagi kalau ditemani dengan segelas kopi hangat. Manyus sekali. Demikian kata orang-orang yang pernah menikmati kue Jipang buatan istrinya.

Matkue tidak begitu paham mengapa kue buatan istrinya itu disebut dengan Kue Jipang. Sepengetahuannya kue itu amat terkenal saat Jepang menduduki kampungnya pada era zaman penjajahan. 

Dan para petinggi tentara Jepang sangat menyukai kue Jipang. Setiap hari Kue Jipang menjadi penganan khas yang harus tersedia di saat petinggi tentara jepang saat ngopi. Istrinya meneruskan tradisi membuat Kue Jipang yang sudah turun temurun dalam keluarganya. 

Dalam seminggu ini, angka penjulan Kue Jipang buatan istrinya, tiba-tiba meningkat dengan tajam. Setiap hari kue Jipang itu selalu ludes. Tak tersia sama sekali. Bahkan para pemilik toko yang menjual kue Jipang meminta agar jumlah kue yang diantar ke tokonya ditambah jumlahnya. Demikian pula warga kampung yang membeli langsung ke rumah, jumlahnya makin banyak. Bahkan mereka rela antri di rumah Matkue untuk mendapatkan kue Jipang itu.

" Mohon ditambah ya, Pak jumlah kue Jipangnya. Para pembeli banyak yang menayakan kue Jipang, " demikian pesan para pemilik toko kepada Matkue saat dirinya mengnatar kue ke toko-toko.

" Benar sekali Pak. Permintaan kue Jipang meningkat sekali akhir-akhir ini. Bahkan ada pembeli yang sudah menitipkan uangnya kepada kami," ujar pemilik toko yang lainnya.  Wajah Matkue tersenyum bahagia mendengar permintaan para pemilik toko seraya menganggukkan kepalanya.

" Alhamdulliah ya Bu, kue kita kini laris manis," ujar Matkue kepada istrinya dengan wajah sumringah.

" Iya, Pak. Semoga hingga lebaran penjulannya terus naik sehingga kita bisa membeli kebutuhan  lebaran yang akan tiba sebentar lagi," jawab istrinya yang diamini Matkue.

Siang itu, cahaya matahari terasa garang. Kaki tua Matkue terus mengayuh pedal sepeda onta tuanya menyusuri jalanan Kampung yang mulai menghitam. Keringat mengucur deras dari tubuhnya. Sinar matahari berjalan diatas kepalanya. Kakinya terus mendayung pedal sepedanya hingga tiba di rumahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline