Usai purna tugas sebagai abdi negara, perubahan terjadi pada sosok Matliluk. Lelaki setengah baya itu kini banyak menghabiskan sisa umurnya dengan berjudi.
Lelaki setengah baya itu tak pernah lagi menampakan batang hidung untuk sholat berjemaah di Masjid. Demikian juga saat ada kegiatan warga, Matliluk jarang terlihat.
Padahal saat masih aktif sebagai birokrat, Lelaki setengah baya itu amat aktif dan tak pernah terlibat dalam kegiatan berbau maksiat. Apalagi judi. Dan lelaki itu selalu menasehati kalau ada warga Kampung yang berjudi.
" Tidak ada orang kaya karena judi," jelasnya.
Sebagai seorang suami, Matliluk juga dikenal sebagai suami yang rajin membantu istinya. Jangan heran kalau suatu hari anda ke rumahnya, Matliluk terlihat membantu istrinya di dapur. Dia mencuci pring. Bahkan tak jarang dia menjemur pakaian yang sudah dicuci istrinya.
Demikian pula aktivitas sebagai warga kampung, Pak Matliluk dikenal sebagai warga yang amat aktif dalam kegiatan gotong royong di Kampung. Bahkan lelaki setengah baya itu tak segan ikut membantu warga yang menggelar hajatan. Dari mulai sebagai penerima tamu hingga mengatur soal tata letak kursi.
" Sebagai warga Kampung, saya berkewajiban untuk menjalin silahturahmi antar sesama warga," ujarnya.
Kini, ketika matahari mulai mendongakkan kepalanya, Pak Matliluk pun berkemas-kemas meninggalkan rumahnya menuju sebuah rumah diujung Kampung yang menjadi tempat dirinya berjudi. Dan lelaki setengah baya itu baru pulang ke rumah, ketika matahari mulai membenamkan dirinya dalam pelukan hangat langit.
Sebagai istri, tentu saja Mbak iyem menjadi bingung dengan perilaku suaminya. Sudah beberapa kali, sebagai istri dia mengingat suaminya. Bukannya mendengar kata istrinya, Matliluk malah jengkel mendengar omongan istrinya.
" Rupanya kamu sebagai istri mulai berani dengan aku, suamimu," kata Matliluk dengan suara garang. Segarang wajahnya mendengar celoteh istrinya.
" Aku mengingatkanmu Pak. Dan itu tugas aku sebagai istrimu," jawab istrinya.