Cerpen : Lelaki Itu...
Lelaki muda itu akhirnya sampailah di sebuah kampung yang berada di balik bukit usai mengarungi hutan belantara, naik turun bukit dan lembah. Lelaki itu sepertinya tidak merasa asing dengan Kampung ini. Saat lelaki itu sampai kampung menjelang magrib, Lelaki itu menemukan satu-satunya Warung di tepi desa.
Warung kecil itu milik seorang kakek tua. Lelaki itu memesan makan untuk mengisi perut yang keroncongan. Tak ada makanan atau jajanan dijual sebagaimana layaknya warung di Kota. Yang ada hanya teh, kopi, jagung, dan umbi-umbian rebus, serta nasi dengan lauk ala kadarnya. Lelaki itu memesan kopi dan nasi dengan lauk ubi rebus dan sambal.
Warung kecil milik kakek tua itu beratap anyaman rumbia ini menjadi tempat tinggal sementara lelaki itu. Setidaknya untuk malam ini. Keramahan kakek tua itu yang mengajaknya untuk bermalam di warung kecilnya tak ditolaknya.
" Hari sudah gelap. Anak menginaplah disini untuk beristirahat. Besok lanjutkanlah perjalananmu sesuai hati nuranimu," ajak kakek tua itu. lelaki muda itu terdiam. Mulutnya membisu. Lelaki muda itu sangat berharap Lelaki tua. pemiliki kedai tak bertanya lebih jauh soal asal-usulnya. Apalagi sampai bertanya kenapa ia datang ke Kampung ini yang jauh dari keramaian.
Lelaki muda itu memijit-mijit betisnya yang masih kaku. Dia berjalan hampir tak pernah berhenti selama sehari. lelaki muda itu merasakan sekujur tubuhnya lumayan enak.
Dia pun merebahkan tubuh dan memejamkan mata. Kegelisahan mendera raganya. Otaknya terus bekerja dan memikirkan tujuannya yang belum jelas sampai akan kemana kaki melangkah.
Sinar matahari menerobos kamarnya. membentuk batang-batang cahaya. Seseorang memanggilnya dari luar. Itu suara Kakek tua pemilik warung.
" Nak, bangunlah. Hari sudah siang," panggilnya.
Panggilan terus terdengar. Dia segera menyahut dan membuka pintu. lelaki itu sangat kaget. Jantungnya mau copot. Seorang perempuan muda tiba-tiba berdiri di ambang pintu dengan nampan berisi penganan dan kopi. lelaki muda itu dengan segera meraih nampan berisi kopi dan jagung rebus. Dia genggam jagung rebus yang masih panas dan mengepulkan uap tipis.
" Terima kasih. kakek kemana ya," tanyanya. Perempuan muda itu tersenyum.