Cerpen : Orang Kaya Baru
Wajah cantiknya memerah. Cahaya matahari telah merajamkan kulit putihnya dengan ganas. Dia laksana orang yang telah menempuh perjalanan yang sangat panjang.
Seorang lelaki menyambut kedatangannya di pintu rumah dengan penuh tatapan lara. Ada kedukaan dalam tatapan wajahnya. Ada rasa iba yang membungkus tatapannya.
" Apakah engkau ketemu dengan Roy, adikku," tanya lelaki suami perempuan itu.
" Tidak Bang. Aku belum ketemu. Info dari sekretarisnya, Roy keluar Kota," jawab perempuan itu sembari menyandarkan punggungnya di kursi.
" Roy ternyata membohongi aku. Dasar adik yang tak tahu diuntung," ujar suaminya.
" Bukan Bang. Info dari sekretarisnya Roy dipanggil mendadak ke jakarta. Lewat sekretarisnya Roy berpesan, agar aku datang minggu depan," kata istrinya.
Wajah suaminya berubah. Tersembul harapan dikerut wajahnya yang memancarkan sebuah harapan.
"Maafkan aku. Kalau sampai sekarang aku belum bisa membahagiakan kamu!" bisik sang suami ke telinga sang istri menjelang tidur malam. Sang istri memejamkan mata, namun hatinya tetap rusuh.
" Aku sudah menghubungi Roy, adikku. Dia akan membantu kita," lanjut sang suami. Sang istri terdiam. Matanya terpejam. Tapi hatinya tetap gelisah.
"Aku kadang malu sama teman-teman arisanku, Bang. Mereka selalu menceritakan tentang rumah mereka dengan segala macam kembang yang indah dihalaman rumah mereka.. Ada juga teman arisan yang menceritakan tentang rumah baru mereka sudah selesai dibangun dan akan segera ditempati. ," ujar sang istri.