Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

"Ngalok" Bernada "Nyerurok"

Diperbarui: 16 Februari 2021   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.hipwee.com

" Ngalok " Bernada " Nyerurok "

Pemimpin memang harus punya impian. Untuk merealisasikan impian  bagi kemakmuran rakyat yang telah memilihnya dengan tulus ikhlas di TPS, seorang pemimpin pilihan rakyat memerlukan dukungan dan support.

Kalau pemimpin pilihan rakyat itu memimpin sebuah Provinsi / Kabupaten, maka aliran dukungan berupa pemikiran konseptual operasional beraplikasi nyata di lapangan bersumber dari para Kepala Dinas (Kadin)/Kepala badan atau kepala kantor dan pejabat struktural lainnya.

Impian yang tinggi seorang pemimpin daerah untuk membangun daerah dan rakyatnya,  hanya tinggal wacana dan mimpi disiang hari bolong, ketika Para Kadin/Ka.badan/Kakan tidak bisa mengalirkan suport dan mengaplikasikan gagasan/ide-ide brilian dari sang pemimpin daerah. 

Variabelnya bisa saja karena Kadin atau pejabat eselon II yang diangkat dan diberi beban jabatan itu tidak memahami bidang tugas yang diembannya. Ini amat sesuai dengan nasehat nabi bahwa apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.

Pada sisi lain, banyak, bahkan sudah jadi rahasia umum, para pembantu pemimpin daerah yang menggunakan aksi purba dalam berusaha mengambil hati sang pemimpin daerah dalam upaya untuk mengamankan jabatan yang diembannya. Dalam konteks untuk menyenangkan hati sang pemimpin daerah, sebagai bawahan terkadang harus berlakon sebagai  "pengalok " (bhs. Toboali: pemuji).

Tak heran konsep, gagasan dan ide yang ditawarkan sang pemimpin daerah selalu dipuji didepan pemimpin daerah sebagai ide dan gagasan yang luarbiasa, orisinil dan sangat baik kendati dalam konsep operasional dilapangan ide sang pemimpin daerah sungguh-sungguh sangat tidak relevan dengan kesejahteraan rakyat, bahkan merugikan rakyat banyak.

Ajaibnya sang pemimpin daerah  justru hobby  "dialok " (bhs. Toboali : dipuji). Pemimpin daerah entah karena jabatannya malah bangga dengan pujian sang bawahan. Bahkan bawahan yang tidak mampu bekerja karena ketidakpahaman akan bidang tugas yang diembannya namun memiliki kepiawaian sebagai pengalok (bhs. Toboali: pemuji).

Malah dalam otak cerdas pemimpin daerah dianggap sebagai seorang birokrat yang memiliki loyalitas dan dedikasi terhadap pekerjaannya.Padahal dibelakang punggung sang pemimpin daerah, bawahan itu dengan nada berkicau-kicau menguraikan ketidakmampuan pemimpin daerah sebagai pimpinan daerah.

Style pemimpin daerah dan bawahan yang saling berkolaborasi sebagai pengalok ini amat merugikan rakyat. Sebagai rakyat suatu daerah tentunya tidak akan mendapatkan energi dan vitamin untuk meraih kesejahteraan dari budaya saling ngalok ini. 

Sudah semestinya, sebagai bawahan, ketika pemimpin daerah bertindak keliru dan tidak on the track dalam bekerja, harusnya diberi saran. Bukan dibiarkan atau dipuja-puji setinggi langit didepan sang atasan. Budaya dan gaya ini memang amat susah dieleminir ketika jabatan menjadi incaran dan target dalam bekerja tanpa didukung pengabdian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline