Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Lelaki Pantai Ketapang yang Melabuhkan Hati di Tanjung Kalian

Diperbarui: 7 April 2020   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja mulai hadir. Senyumnya menyapa kawasan terminal yang mulai sepi dari aktivitas keramaian. Tak ada orang berlalu lalang. Tak ada teriakan para penjual oleh-oleh. Tak terdengar pula suara indah  yang keluar dari mulut para pengasong. Tak ada. Sepi. Seolah-olah senyap ketika senyuman senja hadir di sana.

Di kawasan terminal yang sangat luas itu, hanya terlihat satu kendaraan oto bus yang terparkir. Ya, hanya satu bus yang terparkir. Teriakan dari kernet oto bus mengisyaratkan bahwa bus akan segera berangkat. Para penumpang mulai bergegas menaiki bus.

Seorang lelaki muda dengan langkah kaki yang tergopoh-gopoh, masuk ke dalam bus yang  mesinnya mulai dihidupkan sang sopir. Sebuah isyarat bahwa bus akan segera berangkat meninggalkan terminal dengan segala pernak perniknya kesepiannya. Dan benar, saat  lelaki muda itu baru saja menghenyakkan pantatnya ke kursi bus, sopir langsung menancap gas. Bus meninggalkan terminal yang sudah sangat sepi. Membawa penumpang dengan segala pernak pernik masalahnya menuju Kota tujuan.

Bus melaju dengan kecepatan tinggi. Setidaknya, ratusan kilometer akan ditempuh Bus ini dan para penumpangnya untuk mencapai Kota itu. Sebuah Kota kecil yang terletak diujung barat Pulau yang penuh dengan catatan sejarah. Sebuah Kota kecil yang namanya tercatat dalam sejarah bangsa ini. Sebuah Kota kecil yang menjadi pusat peleburan timah dunia. Sebuah Kota kecil yang menjadi penghubung dua pulau. Pualau Bangka dan Sumatera.

Tanpa terasa sudah tiga jam, lelaki muda itu berada dalam bus bersama para penumpang. Selama perjalanan, lelaki muda itu tertidur pulas di kursi Bus. Matanya baru terbuka lebar, saat Bus sudah mulai memasuki sebuah Kota. Itu terlihat dari megahnya sebuah tulisan " Selamat Datang " yang terpampang pada gapura yang berdiri kokoh sebagai ornamen Kota saat kita mulai memasuki kota itu.  Lelaki muda itu tersenyum saat membaca tulisan itu. Ada sejuta optimisme dalam jiwa mudanya. Narasi adiknya bahwa Lala masih jomblo menghantarkannya ke Kota ini. Lelaki muda itu ingin melabuhkan cinta dan hatinya untuk Lala. Wanita yang pernah dilihatnya saat lala masih bersekolah guru di Ibukota Kabupaten. Walaupun tak ada narasi saat mereka bertemu saat itu, namun dalam hati lelaki muda itu, Lala adalah cintanya.

" Bang, turun dimana," tanya sang kernet bus dengan nada suara penuh keramahan.

" Tanjung Kalian," jawab lelaki muda itu dengan nada suara mantap.

Bus berhenti disebuah rumah yang berhalaman luas.  Usai mengucapkan terima kasih kepada kernet mobil yang telah menghantarkannya hingga ke rumah tujuan, lelaki muda itu berjalan dengan santai. Kakinya terasa ringan. Sangat ringan. Seolah-olah ada sapaan selamat datang dari pohon-pohon mangga yang menghiasi halaman rumah yang luas itu. 

Seakan-akan ada sebuah lambaian semangat penuh persahabatan dari para penjaga halaman rumah itu. Hijaunya dedaunan yang menjadi ornamen halaman rumah itu membuat lelaki muda itu kian mantap melangkah menuju rumah yang pintunya depannya masih terbuka. Sementara suara azan magrib mulai terdengar dengan sangat religius. Mensakralkan alam. Seorang lelaki tua terlihat menuju pintu depan rumah yang masih terbuka lebar. Ada sesuatu keheranan yang melanda sekujur tubuhnya dan jiwanya saat melihat seorang lelaki muda menuju rumahnya.

" Oh, Elo. Mari masuk," sapa seorang lelaki tua dengan penuh nada suara penuh keakraban saat lelaki itu memperkenalkan diri. Dan lelaki muda yang dipanggil Elo itu langsung menyalami tangan lelaki tua yang masih terlihat gagah. Sementara seorang gadis cantik berkulit putih tampak melirik dari arah dapur. Kecantikannya masih sama seperti saat lelaki muda itu melihatnya di rumah kosan, ketika gadis itu bersama adiknya kos dalam satu rumah. Kerupawanan wanita muda itu masih seperti saat lelaki muda itu melihatnya, saat wanita muda itu pernah berkunjung ke rumah mereka di kawasan Tanjung Ketapang. Dan wanita muda itu melihat ke arah lelaki muda yang sudah duduk di sofa ruang tamu rumah mereka itu dan sembari menjelaskan siapa lelaki itu kepada bapaknya.

" Abangnya Juki," jelasnya kepada lelaki tua itu. Dan lelaki muda yang bernama Elo itu pun menyapa wanita cantik berkulit putih itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline