Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Perindu Malam

Diperbarui: 2 Juni 2016   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam makin meninggi. Rintik embun mulai menetesi bumi yang gersang. Debu mulai beterbangan dihirup anjing hutan yang masih berkeliaran mencari mangsa. Dinikmati hngga rongga dada yang sesak oleh para wanita malam yang tersesat dijalanan. Bahkan debu mulai menempel di dedaunan yang mulai melayu.

Wanita itu masih menatap malam yang mulai memburam sinarnya ditelan asap sisa-sisa pembakaran oleh kaum imprerialisme. Keremangan cahaya rembulan harus berbalutkan asap pekat. Kerlap kerlip bintang dilangit tujuh pun harus melawan kegarangan asap. Sinarnya meredup.

Setiap malam, wanita itu menatap langit. Kepada langit yang biru berbalutkan kepekatan, dia bisa bercerita tentang hidupnya. Tentang kegelisahannya. Tentang kekeresahannya tanpa harus dijawab. Keheningan malam yang tak lagi membening setidaknya bisa menjawab semua kerinduannya tentang lelaki yang sering melintas di depan rumahnya.

" Siapa lelaki itu," tanyanya dalam hati setiap lelaki itu lewat depan rumahnya.

Wanita itu sungguh terkesan saat melihat lelaki itu melintas depan rumahnya. Tatapan matanya tajam. Senyumnya menawan. Kumis tipisnya menambah kerupawanan sebagai lelaki dewasa. Dan hanya klakson yang mensinyalkan sebuah tanda bahwa dirinya adalah lelaki terhormat dan tahu etika dan sopan santun walaupun tak ada kata yang terucap dari bibirnya.

Kehadiran lelaki dewasa itu bukan hanya menjadi bahan narasi para wanita di Kampung itu, namun menjadi magnet bagi wanita untuk berkenalaan dengan dirinya. Setidaknya ada harapan yang tersimpan dalam jiwa ketika tahu siapa sebenarnya lelaki dewasa itu. Setidaknya ada asa yang digantung dalam hidup walaupun mareka tidak memahami bahwa ruang itu telah terkunci. Dikunci rapat-rapat oleh lelaki dambaan mareka tanpa kata.

" Siapa sih lelaki yang sering lewat depan rumah kita ini," tanya para wanita Kampung saat sore menjelang senja.

" Nah, aku juga sedang mencari jawaban atas pertanyaanmu itu, sahabat," ujar salah seorang dari wanita itu.

" Tampaknya dia lelaki yang bertanggungjawab," sela yang lain.

" Dan aku yakin  dia seorang lelaki yang gagah dan perkasa," jawab wanita dalam gerombolan itu sambil ngakak yang ikuti koor ketawa para temannya yang lain. Suara tawa lepas mareka membela senja yang makin memerah. Sebuah tanda alam akan mulai bergulir gelap.

Lelaki itu menyadari bahwa dirinya menjadi perbincangan kaum hawa di Kampung tempatnya tinggal kini. Lelaki itu paham bahwa kehadirannya di Kampung ini  untuk sebuah perjalanan hidup yang panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline