Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Babel Banjir Besar, Jokowi Tak Blusukan?

Diperbarui: 14 Februari 2016   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam seminggu terakhir ini, provinsi Kepualauan Bangka Belitung (Babel) dilanda banjir. Sejumlah daerah di Pulau Bangka mengalami kerugian besar. Kota Pangkalpinang sebagai Ibukota babel adalah daerah yang paling parah kerusakannya. Demikian juga dengan daerah lainnya. Sejumlah ruas jalan menuju Bangka Tengah pun terendam banjir mengakibatkan sendi perekonomian mengalami masalah. Ruas jalan penghubung antara Koba ibukota Bangka Tengah menuju Bangka Selatan pun tak bisa dilalui. Akibatnya harga BBM bensin melangit hingga kisaran 30 ribu.

Pada sisi lain, kita melihat eksistensi para petinggi daerah masih sekedar menciptakan pencitraan. Mareka beradu pencitraan di televisi. Sementara teriakan korban banjir yang mengalami musibah seakan terbiarkan. Padahal berapa besar kerugian yang diimbulkan bencana ini. bahkan bisa memiskin rakyat bangka Belitung.

Saling tuding dan klaim dari petinggi daerah soal penyebab banjir menjadi diorama diantara masalah yang muncul akibat banjir. Ada yang menuding banjir di babel karena pertambangan timah yang tak terkendali. Sementara ada yang menyebut korban banjir tak terurus karena petinggi daerah banyak di jakarta.

Lantas kemana Pak Presiden kita? Biasanya beliau hadir dalam kedukaan masyarakat. Sinabung adalah contoh kehadiran beliau. Kehadiran jokowi sebagai Presiden di Babel memang sudah lewat beberapa bulan lalu. Saat itu beliau datang langsung melihat berbagai aktivitas penambangan timah di Babel. Mulai dari melihat langsung aktivitas penambangan timah rakyat hingga ke pusat peleburan timah milik swasta.

Bahkan saat itu Jokowi berjanji untuk menata kembali persoalan tata kelola timah nasional yang merupakan urat nadi pendukung perekonomian masyarakat Babel. Bahkan banyak pihak yang khawatir, Jokowi tidak mendengar secara komprehensif soal tata kelola timah di Babel. Salah kebijakan maka rakyat menjadi korbannya. Terutama soal dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat penambangan yang tak terkendali.

Dan ketika hingga kini kebijakan timah belum dikeluarkan, banjir sudah melanda daerah Babel. Dan sebagaimana narasi Gubernur Babel, pertambangan timah yang tak terkendali adalah salah satu penyokong banjir besar ini yang merugikan kehidupan masyarakat dan berdampak besar secara ekonomis bagi rakyat.

Yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah dengan adanya banjir besar ini, Jokowi masih ingin manata kembali soal tata kelola pertambangan rakyat yang pernah diucapkannya beberapa lalu saat kunjungan kerja ke Babel? Apakah banjir ini tak memberi ruang bagi kita untuk komtemplasi diri? Apakah sinyal dari alam harus kita tulikan dan butakan?

Mari kita tunggu kebijakan Jokowi soal tata kelola pertimahan rakyat di Babel? Ngomong-ngomong Pak Jokowi tidak blusukan ke Babel? (Rusmin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline