Kampung Kami gempar. Kegemparannya bukan karena di kampung kami kedatangan petinggi negeri atau adanya erupsi gunung merapi. Atau tertangtangkapnya teroris yang meresahkan kehidupan berbangsa. Erupsi penyebabnya adalah wacana dan narasi tentang keinginan salah satu warga bernama Koh Asun yang berniat untuk maju sebagai kandidat Kepala Kampung dalam pemilihan Kepala Kampung yang akan diadakan bulan ini. Setiap hari, semua warga menceritakan niat baik Koh Asun itu dengan narasinya masing-masing. Tak ada lagi bahan perbincangan di Kampung kami saat ini selain cerita tentang Koh Asun ingin menjadi Kepala Kampung. Warga Kampung tak pusing soal berita tertangkap koruptor atau soal koalisi Partai dalam Pilpres mendatang. Kini dalam setiap pertemuan, kumpul-kumpul, semua warga Kampung membicarakan tentang wacana Koh Asun ingin jadi Kepala Kampung. Tiada hari tanpa membicarakan soal frasa Koh Asun ingin jadi Kepala Kampung. Beban hidup pun seakan hilang kalau sudah membicarakan soal frasa Koh Asun jadi Kepala Kampung. Hanya wacana frasa Koh Asun jadi Kepala kampung yang menjadi trend setter bagi warga kampung.
Dan reaksi warga Kampung pun beragam dengan wacana Koh Asun itu. Ada warga yang mencibir. Ada yang mendukung. Ada pula yang mempertanyakan niat tulus dan baik Koh Asun.
" Apa sih maksud Koh Asun ingin menjadi Kepala Kampung? Apa masih kurang duitnya? Apa dia mau menimbun harta?," teriak Mang Rucen saat warga sedang berkumpul di warung kopi Mang Liluk yang terletak disudut Kampung.
" Lho, gimana kalian ini. Memilih dan dipilih itu adalah hak konstitusional warga negara. Dilindungi negara. Hak azazi warga masyarakat. Siapapun boleh menjadi pemimpin asalkan memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku di negeri ini.," jawab Pak Fredi.
" Benar dan betul itu, Pak. Permasalahannya, Koh Asun itu kan sudah kaya. Makmur hidupnya. Duitnya banyak. Usahanya bejibun. Cuma bintang dan langit saja beliau itu tak punya. Bagi-bagilah dengan warga lain. Masa semuanya diraup. Kayak Kampung ini miliknya pribadi," balas Mang Rucen dengan ketus.
" Ha...ha...ha.... Kalian ini ada-ada saja. Orang mau mencalonkan diri menjadi pemimpin kok diperkarakan," ujar Pak fredi sambil ngakak terbahak-bahak. Para penggemar kopi di warung Mang Liluk pun terkaget-kaget. Suara tawanya Pak Fredi melengking seakan menembus langit tujuh. Mentari pun tersenyum. Sinarnya terang. Seterang jiwa-jiwa warga Kampung yang membicarakan frasa Koh Asun jadi kepala Kampung.
Ternyata keinginan Koh Asun maju sebagai Kepala Kampung bukan sekedar wacana dan perbincangan kosong para warga Kampung semata. Menurut beberapa warga, Koh Asun telah membentuk timses dan tim pemenangan untuk menggolkan niatnya berkompetisi di pemilihan Kepala Kampung bulan depan itu. Koh Asun sudah bertekad untuk maju dan memenangkan kompetisi itu.Beberapa warga telah menyatakan siap untuk menjadi tim relawan Koh Asun. Infonya tim Koh Asun ini telah terbentuk dan siap untuk membeberkan visi dan misi Koh Asun kepada semua warga Kampung.
" Saya telah dipanggil Koh Asun ke rumahnya. Beliau meminta saya untuk menjadi timses di wilayah RW saya," ujar Mang Tasan dimasjid menjelang sholat magrib.
" Saya juga. Semua persiapan sudah tertata rapi. Siap tempur," timpal Mang Usuf.
" Kalau saya jujur, saya tidak mau menjadi timses Koh Asun. Saya tak mau. Itu sudah harga mati," sambung Mang Brewok. Perbincangan tentang niat Koh Asun yang mau mencalonkan diri dalam pemilihan kepala Kampung pun terhenti karena suara azhan sudah berkumandang.
Bagi warga kampung, nama Koh Asun dan keluarganya bukanlah warga asing. Sudah tujuh keturunan keluarga Koh Asun tinggal dan berbaur dengan warga. Kendati datang dari kalangan minoritas, namun keluarga Koh Asun tak pernah merasa canggung dalam kehidupan bermasyarakat. Koh Asun dan saudaranya juga lahir dan besar di Kampung Kami.