Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Layakkah Diego Dan Ferdinand Menyandang Status Pemain TimNas?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Perilaku penyerang Tim Nasional Ferdinand Sinaga saat usai laga Timnas melawan Asean All Star beberapa waktu lalu sungguh mengusik nurani para pecinta sepakbola nasional. Inikah mentalitas seorang pemain nasional berkostum garuda didada yang harus memburu penonton karena meneriakkan dirinya saat membawa bola? Dimanakah naluri  olahragawan yang inheren dengan semangat sportivitas yang terkandung dalam olahraga itu sendiri?

Belum usai perilaku buruk itu, berita datang dari back tim Nasional Diego Michael. Pemain naturalisasi ini dipidanakan satpam karena kasus kkerasan. Sebelumnya Diego yang kini bermain untuk klub ISL Mitra Kukar sempat menikmati hotel prodeo karena kasus yang sama.

Apapun apologi yang dilontarkan klub maupun PSSI, perilaku yang digiatkan kedua pemain TimNas tersebut sudah tak patut dan tak layak mengingat keduanya merupakan punggawa TimNas yang seharusnya menjadi teladan dan contoh bagi para pemain lainnya.

Apapun apologi yang terlontar, predikat pemain TimNas yang diemban keduanya buan hanya karena kekmampuan dan kepiawaian dalam bermain di lapangan hijau, namun perilaku seorang pemain sepantasnya menjadi barometer bagi PSSI dalam memanggil pemain sebagai punggawa Timnas.

Pada era tahun 1970-1990, menjadi pemain TimNas bukan hanya sekedar mampu menguasai tehnik bermain bola diatas rata-rata pemain lainnya, tapi mentalitasnya menjadi atensi perhatian bagi PSSI dan Pelatih. Pada era itu menjadi pemain timnas dengan kostum merah putih berlambang garuda didada sulitnya minta ampun. Selain kompetitornya berkwalitas, para pemain sepakbola yang mengenakan kostum garuda di dada bermental patriotik dan nasionalisme yang kuat.

Kita tahu bagaimana kwalitas dan mentalitas pemain Timnas era itu diantaranya Iswadi Idris, Ronny Paslah, Junaidi Abdillah, lantas beralih ke era Ronny Patinasarani, Herry Kiswanto, Rully Nere.

Dan kita tahu pula soal kwalitas pemain timnas era  Fahri Husaini, Ansyari Lubis, lantas beralih ke masa Bambang Pamungkas, Ponaryo Astaman. Bukan hanya kwalitas tehnikal sepakbola yang mumpuni, namun sikap mentalitas sebagai pemain nasional dengan garuda didada memang teruji dan layak diteladani, Bukan hanya diluar lapangan hijau, namun diluar lapangan pun mentalitas mareka adalah keteladan dan contoh yang patut diadopsi para pesepakbola.

Mareka bukan hanya piawai dalam mengocek kulit bundar dilapangan hijau dan membawa Timnas berjaya di tingkat internasional, namun seakan menjadi icon dan teladan bagi pemain-pemain bola di negeri ini yang tersebar dari Miangas hingga Rote karena sikap mentalitas yang mumpuni sebagaimana mumpuninya kwalitas mareka dalam mengolah kulit bundar untuk kejayaan Indoensia.

Dan kita juga tahu bagaimana PSSI tak memanggil pemain sekaliber Ronny Patinasari saat pemain top era itu  yang membangkang, Bagi PSSI era itu kwalitas tehnik bukan faktor kardinal, namun harus seharmoni dengan mentalitas pemain. Apalagi saat bermain sebagai pesepakbola untuk Merah Putih.

Kedepan tampaknya PSSI, terutama BTN sudah selayaknya menjadikan mental sebagai tolak ukur dalam memanggil pemain ke dalam skuad TimNas mengingat TimNas adalah simbol martabat bangsa yang harus diisi para pemain yang bukan hanya bertehnik mumpuni namun berjiawa patriotisme. Bahkan PSSI dan BTN harusnya tak memanggil pemain yang bermental buruk walaupun skillnya mumpuni.

Kedepan tampaknya tim kepelatihan terutamanya talent scouting BTN dalam merekomendasikan pemain harus menjadikan rekam jejak pemain sebagai barometer dalam TimNas terutama dalam perilaku pemain diluar lapangan. Jangan sampai pemain TimNas justru dihuni para pemain yang bermental buruk yang justru akan menular bagi pemain-pemain lainnya dan tak bisa dijadikan keteladanan bagi pemain lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline