Transisi masa kepemimpinan pemerintahan SBY kepada penerusnya Jokowi diboncengi berbagai isu yang menarik untuk diperbincangkan. Isu yang menarik yang banyak dikelakarkan semua kalangan terutama para pengamat, politisi dan analis adalah soal kenaikan harga BBM.
Tak pelak kononkabarnya itu menjadi topik hangat dielemen masyarakat, apakah soal kenaikan harga BBM akan menjadi pembicaraan saat SBY bertemu dengan Jokowi di Bali malam ini.
Namun dalam acara dialog di MetroTV tadi malam, Menko Polhukan Djoko Suyanto menampik kabar soal kenaikan harga BBM akan menjadi topik dalam pertemuan antara dua tokoh ini.
Bagi SBY kenaikan harga BBM bukanlah barang baru selama kepemimpinannya 10 tahun ini. Setidaknya sudah 4 kali SBY menyesuaikan harga BBM. Dan yang terakhir tahun 2012, dimana penolakan terhadap kebijakan itu bukan hanya dikritik oleh rakyat namun penolakan dilakukan oleh Fraksi PDI-P dalam rapat paripurna.
Saat itu kita menyaksikan bagaimana Puan Maharani, Maruarar, dan Suding dari Hanura harus naik ke podium kursi pimpinan DPR RI. Dan kita tahu dan saksiskan Fraksi PDI-P walkout dalam sidang itu.
Menaikkan harga BBM diakhir masa pemerintahannya, SBY tentu harus berhitung dengan cermat dan cerdas. Apalagi dalam RAPBN yang diajukan agustus lalu, kenaikan harga BBM tidak ada dalam postur APBN 2015.
Menaikkan harga BBM dipenghujung masa pemerintahannya, setidaknya ada tiga (3) musuh utama yang harus dihadapi SBY.
1. Rakyat.
Rakyat tentu akan menolak keras atas kebijakan SBY menaikkan harga BBM dipenghujung masa pemerintahannya yang tinggal seumur jagung. Penolakan pasti akan terjadi, Demo pasti akan terjadi. Apakah SBY harus mengakhiri masa kepemimpinannya dengan perlawanan dari rakyatnya?
2. Kemiskinan
Menaikkan harga BBM tentu akan membuat jumlah masyarakat miskin bertambah. Padahal pemerintahan SBY selalu menyajikan data tentang berkurangnya jumlah masyarakat miskin makin berkurang dalam setiap pidatonya.