Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Kamu Ketahuan, Jokowi...

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perilaku  Jokowi sebagai pemimpin kini makin ketahuan belangnya. Jokowi yang saat masa kampanye Pilpres menawarkan visi misi yang berbeda dari kandidat lainnya, terutama dalam soal Kabinet dan para Menteri yang akan membantunya sebagai penterjemah dan pelaksana visi misinya sebagai Presiden, kini ibarat lagu tahun 60-an, Memang lidah Tak bertulang. Lain dimulut, lain dihati. Lain yang diucapkan, lain kenyataannya.

Pengumuman Jokowi soal jumlah kabinetnya yang akan diisi 34 menteri dengan jumlah Profesional 18 dan profesional Partai 16 beberapa waktu lalu di Rumah Transisi bersama jusuf Kalla membuktikan kepada kita bahwa apa yang diungkapkan Jokowi pada masa kampanye hanyalah diksi untuk menarik simpati masyarakat semata untuk memuluskan ambisinya sebagai Presiden. Narasi jokowi saat masa kampanye Pilpres ternyata hanya untuk mengeskalasi dirinya agar dipilih publik negeri ini sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di nusantara ini.

Sebagai masyarakat Indonesia, kita tentunya amat kecewa dengan perilaku Jokowi yang sangat kontras antara diksi kampanye dengan realita yang terjadi. Belum jadi Pemimpin bangsa, Jokowi sudah ingkar janji.

Lantas sebagai rakyat kita bertanya mana diksi kabinet ramping yang selalu bergema saat dirinya menyampaikan visi dan misi? lantas bagaimana orasi Jokowi bahwa kabinet akan diisi kaum profesional atau kaum ahli?

Jokowi tampaknya alpa atau mengamnesiakan diri terhadap apa yang  pernah diretorikakannya saat kampanye Pilpres lalu. Namun rakyat tidak akan pernah lupa dengan diksi Jokowi soal kabinet ramping dan profesional. Rakyat memilih Jokowi karena apa yang ditawarkan Jokowi saat debat kandidat dan kampanye menawarkan harapan baru untuk kehidupan mareka lima tahun mendatang. Terutama dalam sisi para menteri yang akan membantunya mensejahterakan rakyat.

Tapi apa daya. Keinginan rakyat agar pemimpin selaras antara ucapan dan realita hanyalah impian belaka. Keinginan rakyat agar ucapan pemimpin seharmoni realita ternyata hanyalah isapan jempol. Dan nasi sudah menjadi bubur. Rakyat harus menerima kenyataan yang telah terjadi pada Pilpres 9 Juli lalu. Penyesalan tak berguna lagi. Toh pilihan sudah ditancapkan.

Jokowi harus ingat bahwa kedaulatan negara ada ditangan rakyat. Rakyat secara konstitusi adalah pemegang kedaulatan negeri ini. Sekali waktu rakyat disakiti dengan pelalaian janji dan pengingkaran diksi, maka rakyat akan mengenangnya hingga ke liang kubur dan menarasikannya hingga menjadi catatan sejarah bangsa.

Jokowi, sebagai pemimpin anda sudah ketahuan oleh rakyat. Salam....(Rusmin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline