Tendangan kaki kiri pemain Timnas Piala AFF Evan Dimas ke sudut kanan gawang Laos menjadi sumber inspirasi kemenangan Timnas AFF atas Laos dengan skor telak 5-1. Gol yang lahir lewat gerakan aksi badan sehingga mengecoh 3 pemain belakang Laos seakan menjadi determinasi bangkitnya semangat Merah Putih dari keterpurukan.
Kendati kemenangan besar tak membuat Timnas lolos, namun kemenangan telak dengan 10 pemain memfaktakan bahwa semangat Merah Putih dan Garuda didada pemain Timnas tak pudar dalam mengeskalasi martabat bangsa dipentas persepakbolaan Asia.
Gol Evan Dimas di menit ke 6 babak pertama itu seakan menjadi spirit bagi para pemain Timnas untuk terus berlari dan berlari mengejar bola demi mencetak dan membobol gawang laos. Dan semangat itu mampu dipertunjukan Ramdani, Zulham Zamrun dan I Made Wirawan di bawah mistar.
Terlepas gagalnya Timnas melaju ke babak berikutnya setidaknya fakta malam ini memnunjukan kepada kita bahwa sudah saatnya regenerasi pemain dimulai secara terencana dan komprehensif. Malam ini setidaknya ada tiga pemain muda yang diturunkan Coach Riedl. Dan ketiga-tiganya bermain sangat apik dalam posisinya. Punggawa sepakbola muda ini seakan mengabarkan kepada Coach Riedl dan para pecinta bola khususnya pengurus PSSI bahwa mareka tak kalah kwalitas dengan para seniornya. Tak terkecuali para pemain naturalisasi. Ketiganya mampu menjawab kepercayaan Coach Riedl dengan berkontribusi dalam tim yang dihuni para pemain senior yang sudah terbiasa berkostum merahPutih dan garuda didada.
Evan Dimas selain menjadi inspirator tim, namun mampu memberi asist bagi terciptanya gol ketiga Timnas yang dicetak Ramdani. Demikian pula dengan letusen Manahati yang malam ini tampil sangat baik menggalang pertahanan bersama seniornya Jupe dan Viktor Igenefo.
Pada sisi lain kompetisi yang menjadi nukleus dari pada urat nadi untuk melahirkan pemain berkaliber dunia, sudah selayaknya diformat untuk mendukung Timnas yang merupakan tujuan akhir dari kompetisi sehingga melahirkan pemain sekelas Evan Dimas. Saatnya kompetisi menunjang Timnas, Bukan malah sebaliknya.
Kompetisi khusus pemain usia muda harus menjadi perhatian dan atensi besar dari pengurus PSSI. Sudah saatnya menghidupkan kembali kompetisi Suratin Cup yang dulunya merupakan chandradimuka bagi pensuplai untuk pemain Timnas. Bukankah Evan Dimas dan kawan-kawan yang tergabung dalam Timnas U19 notabene lahir dari kompetisi usia muda.
Dan yang tak kalah menentukan adalah arsitek Timnas yang seharusnya mampu memberi kesempatan kepada pemain terbaik di negeri ini tanpa reserve. Artinya pelatih Timnas harus mampu melihat kepiawaian pemain di lapangan hijau plus semangat Merah Putih dan garuda di dada tanpa melihat usia dan jam terbang pemain. Buktinya tiga pemain muda Timnas malam ini Evan Dimas, Ramdani dan Letusen manahati mampu menjawab kepercayaan Coach Riedl. Saatnya PSSI dan BTN tak mengkotak-kotak pemain. yang urgen adalah berkwalitas dan berjiwa MerahPutih saat dilapangan hijau.
Tampaknya usai kegagalan Timnas di Piala AFF, PSSI dan BTN harus mengevaluasi ulang secara komprehensif tentang Timnas kalau tidak mau kegagalan terulang kembali. Dan para penurus PSSI mestinya adalah kaum yang menghidupkan organisasi PSSI. Bukan lantas hidup dari PSSI dan keringat serta jerih payah pemain dilapangan untuk kepentingan pribadi segelintir pengurus PSSI.
Kegagalan Timnas di Piala AFF hanya intermezo yang menjadi eskalator Timnas menuju pentas sepakbola Asia dan dunia. Kalau dulu kita sangat disegani di Asia, kenapa sekarang tak bisa. Terima kasih Evan Dimas. Andaikan waktu melawan Vietnam dan Filipinan Evan Dimas Darmono diberi waktu untuk bermain, mungkin situasi dan kondisi Timnas tak sepuruk ini. Andaikan saja. Salam tendangan bebas... Golllll (Rusmin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H