Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Jurnalisme Duka, Jurnalisme Kemanusiaan

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419769917678418610

[caption id="attachment_386808" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi keluarga korban hilangnya AirAsia QZ 8501 (Kompas.com)"][/caption]

Menyaksikan program Breaking News MetroTV tentang hilang kontaknya pesawat Air Asia QZ 8501 Jurusan Surabaya-Singapura, tampaknya ada sesuatu yang menggugah saya sebagai pemirsa media televisi. Bagaimana tidak, di tengah kedukaan reporter MetroTV Rifai Pamone berusaha mewawancarai para keluarga penumpang yang sedang dilanda kedukaan dan kesedihan. Dan pertanyaan pun sungguh-sungguh amat standar,tentang perasaan keluarga penumpang yang sedang dilanda musibah.

Sementara pada sisi lain informasi akurat dan terkini dari pihak bandara dan maskapai belum jelas soal pesawat ini. Tentunya kita memahami bagaimana berkecamuknya duka lara dan kesedihan yang merayap dalam aliran darah para keluarga koran. Tak heran kalau para keluarga penumpang AirAsia menjawab wawancara jurnalis MetroTV dengan diksi duka yang mendalam dan narasi yang berselimutkan kesedihan.

Di sisi lain dengan mengatasnamakan informasi untuk pemirsa, para jurnalis dan reporter televisi berusaha mendapatkan informasi dari keluarga para penumpang untuk diwartakan kepada para pemirsa. Padahal kalau seorang jurnalis peka dan paham kondisi dan memiliki standar kompetensi yang baik tentang jurnalisme, masih banyak bahan berita yang tergali. Tak harus lewat wawancara. Gambar bisa dijadikan potret untuk pemirsa.

Kita pahami bersama media adalah instrumen untuk memberi informasi kepada masyarakat dengan menjadikan fakta sebagai panglima. Makin akurat data dan fakta yang diinformasikan makin berkelas berita yang dinikmati masyarakat. Dan makin berklas pula jurnalis dan stasiun televisi dan media massa.

Namun kita hendaknya jangan melalaikan asas-asas kemanusiaan dalam pemyajian berita. Mengatasanamakan kekinian dengan mengamnesiakan duka yang dialami para keluarga penumpang tentunya adalah sesuatu yang kurang lazim dan tak layak dipertontonkan. Bahkan kontradiksi dengan nilai-nilai jurnalisme yang menjadikan manusia sebagai mahluk yang bermartabat.

Apalagi dalam asas-asas pemberitaan sisi kemanusiaan menjadi instrumen penting dalam penyajian berita dengan menjadikan narasumber sebagai manusia yang bermartabat dan beradab. Apalagi Dewan Pers sudah mengeluarkan peraturan tentang etika pemberitaan yang menyangkut perkosaan dan sejenisnya yang bermuara kepada sisi-sisi kemanusiaan.

Pemberitaan tentang hilangnya kontak pesawat Air Asia jurusan Surabaya-Singapura dari Bandara Juanda, Surabaya adalah penting sebagai informasi untuk masyarakat. Namun meminta informasikan kedukaan di tengah kesedihan yang bergejolak di dada dan berkecamuknya aliran darah lara para keluarga penumpang tentunya perlu direstriksi sedemikian rupa tanpa harus menimbulkan gejolak dalam nurani para keluarga penumpang.

Dan kalau mau jujur masih banyak sesion dan fragmen berita lain yang perlu di-blow up soal pesawat tanpa harus melibatkan keluarga penumpang. Pernahkah kita sebagai pemirsa dan para jurnalis itu mendapatkan soal bagaimana situsai pesawat saat akan take off? Dan pernahkah kita mendapatkan informasi tentang kondisi pesawat sebelum terbang dari pihak yang berkompeten?

Tampaknya di tengah situasi pemberitaan tentang Pesawat Air asia ini sudah selayaknya kita mengaplikasikan jurnalisme duka yang memartabatkan dan memberadabkan para keluarga korban tanpa kita harus ketinggalan informasi terkini dan terdepan serta terpercaya dari para jurnalis televisi kita.

Dan saya yakin para jurnalis kita bisa. Pengalaman telah mengajarkan dan memberi banyak pengetahuan yang berharga buat mereka para jurnalis negeri ini dalam peliputan hilangnya pesawat. Dan bukankah hilangnya kontak pesawat ini bukan yang pertama kalinya di negeri ini? Salam duka yang mendalam...(Rusmin)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline