Memasuki Episode Akhir Ramadan
Oleh : Mimi Husni (Aktifis Muslimah)
Umat muslim saat ini telah memasuki malam puncak dari malam-malam Ramadan. Episode perlombaan untuk mencapai finish. Prime time yang harus kita manfaatkan, apakah kita akan memanfaatkan waktu tersebut untuk bisa mendapatkan bonus dari apa yang sudah kita lakukan di fase awal dan pertengahan Ramadan, sebelum menuju garis finish yang telah ditetapkan.
Di sepuluh malam terakhir, ada satu malam yang telah di janjikan Allah Swt jika seorang hamba memperbanyak amalannya dan apabila berhasil mendapatkan malam tersebut seperti meraih pahala dengan beribadah selama seribu bulam. Dalam firman Allah dalam TQS: Al-Qadar: 3, "Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan."
Pada malam special yang telah Allah Swt janjikan, bukan hanya pahala berlipat yang akan di raih, tapi ampunan langsung dari Allah Swt. Ampunan dari dosa-dosa yang kita lakukan apakah sengaja ataukah yang tidak, banyak merenung dan memuhasabahi diri, pencapaian apa yang sudah kita lakukan atau dapatkan selama ini, apakah semua yang kita lakukan merupakan aktifitas yang akan mengantarkan kita pada Ridho Allah ataukah hanya sebatas meraih kebahagiaan dunia semata.
Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang karena iman dan takwa serta ingin mendapatkan pahala dengan menghidupkan malam Lailatul qadar, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari). Aisyah ra. menyampaikan, "Nabi Saw terlihat sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah dan kesungguhan yang dilakukan Beliau tidak pernah terlihat di waktu-waktu yang lain." (HR Muslim).
Harusnya kita malu terhadap diri ini, jika Rasulullah Saw yang menjadi kekasih Allah Swt bahkan Beliau adalah manusia pilihan dan manusia yang terbebas dari dosa, tapi luar biasa mempersembahkan amalan terbaik kepada Rabbnya.
Kualitas takwa setingkat Nabi Saw yang akan membuka pintu surga pertama kali di hari kiamat pun masih mencari malam tersebut, lalu bagaimana dengan kita?
Manusia pilihan, masih mencari belas kasih Rabbnya dan seseorang yang tidak ada kesalahannya, tapi masih bersungguh-sungguh untuk mendapatkan malam Lailatul qadar, lalu apakah kita pantas santai-santai saja?
Seorang Nabi terbaik saja bangun untuk menghidupkan malam-malamnya, lantas kita lebih banyak rebahan dan menghayal?
Tidak ada kesibukan yang paling indah tatkala Rasul selalu membaca Al-Qur'an di setiap waktunya, lalu orang seperti kita sibuk nongkrong di luar? Lalu kita meremehkan? Sibuk menonton TV dan berjam-jam melihat HP padahal banyak yang tidak bermanfaat?