SEJARAH BAITUL MAQDIS PART I
Tanah para nabi dikenal tanah Syam memiliki sejarah yang cukup mengesankan, tidak hanya bagi umat islam, namun juga bagi bangsa nasrani dan yahudi. Bagi umat islam, bumi Syam adalah tanah yang penuh berkah. Syam merupakan tempat para Nabi dan Rasul diutus. Selain itu juga merupakan tempat isra miraj terjadi. Bagi umat nasrani, syam dahulunya merupakan bagian dari Imperium Romawi Timur, Byzantium. Sementara bagi kaum yahudi, bumi Syam mereka klaim menjadi tempat suci mereka yakni terdapat Haikal Sulaiman.
Sebutan 'Syam' merupakan nama wilayah dahulu yakni meliputi Suriah, Palestina, Lebanon, dan Yordania. Secara geografis, Syam (khususnya Suriah) adalah tanah yang subur dan memiliki posisi strategis. Suriah merupakan negeri yang menjadi jembatan menuju negeri-negeri lain yang berada di delapan penjuru mata angin. Suriah juga sering disebut dalam pusaran konflik diantara sejumlah bangsa di dunia. Konflik tidak hanya terjadi di Suriah, namun juga terjadi di Lebanon dan termasuk bumi Palestina.
Keberkahan bumi Syam dibuktikan dalam sabda Rasulullah.
Rasulullah saw. Bersabda, "Syam adalah bumi pilihan Allah. Disana terdapat ciptaan dan hamba pilihanNya. Sekelompok umatku akan masuk surga. Mereka tidak akan dihisab dan diazab."
Saat ini yang cukup menjadi perhatian kita semua dan menjadi misi pembebasan bumi Syam salah satunya yaitu Palestina. Bumi Palestina yang pernah ditaklukkan oleh Khalifah Umat Bin Khattab dari tangan Romawi pada tahun 16 H atau 637 M. Pada masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab islam tersebar luas hingga Baitul Maqdis yang dimana pada saat itu Baitul Maqdis berada dibawah kekuasaan Kekaisaran Bizantium. Jika ditelisik kembali dalam sejarah, peperangan antara Byzantium dengan pasukan islam telah dimulak sejak Nabi Muhammad masih hidup.
Sebelum membebaskan Baitul Maqdis, pada tahun 636, pasukan islam yang dibawah pimpinan Khalid bin Walid melakukan pertempuran ke wilayah kekaisaran Byzantium dan mampu menaklukkan Kota Damaskus. Pada saat Kota Damaskus takluk, Umar Bin Khattab memberikan jaminan kepada para penduduk Kota Damaskus berupa harta dan tempat ibadah dengan syarat mereka harus membayar upeti. Setelah penaklukan Kota Damaskus, perluasan wilayah penaklukan dilanjutkan pada tahun 637 ke Baitul Maqdis. Penaklukan Baitul Maqdis dimulai dengan pengepungan yang dilakukan oleh Khalid bin Walid beserta pasukannya. Pada saat itu yang berkuasa di Yerusalem yaitu Patriark Sophronius dan tenatara romawi.
Pada saat tentara Romawi melarikan diri ke Mesir. Partriark Sophronius sebagai petinggi umat kristiani berkata kepada Khalid bin Walid, Amru bin Ash dan Abu Ubaidah bahwa ia hendak berdamai. Namun, ia memilih berdamai jika Khalifah Umar datang langsung ke Yerusalem. Khalifah Umarpun memenuhi syarat tersebut, Khalifah datang dengan pakaian yang sederhana.
Pada saat tentara Romawi melarikan diri ke Mesir. Partriark Sophronius sebagai petinggi umat kristiani berkata kepada Khalid bin Walid, Amru bin Ash dan Abu Ubaidah bahwa ia hendak berdamai. Namun, ia memilih berdamai jika Khalifah Umar datang langsung ke Yerusalem. Khalifah Umarpun memenuhi syarat tersebut, Khalifah datang dengan pakaian yang sederhana. Kesederhanaan yang ditunjukkan oleh Khalifah Umar membuat kagum Sophronius. Khalifah umar memang dikenal umat sebagai pemimpin umat Islam yang disegani dan ditakuti. Sejak kedatangan Khalifah Umar tersebut negosiasi damai dengan penduduk Baitul Maqdis dimulai. Khalifah Umar mampu membebaskan Baitul Maqdis dan seluruh penduduknya dari kezaliman penguasa Romawi tanpa peperangan
Selama proses penyerahan, Khalifah Umar bin Khattab memberikan jaminan perlindungan dan keamanan kepada orang Yahudi dan Kristen di Baitul Maqdis. Jaminan tersebut disampaikan didepan para sahabat, pasukan Islam dan penduduk Baitul Maqdis. Jaminan tersebut berlaku untuk diri mereka (individu), harta mereka, rumah, gereja dan semua tempat ibadah. Rumah ibadah mereka tidak akan dihuni, dihancurkan atau diambil alih. Umat Kristen dan Yahudi juga tidak akan dipaksa untuk mengubah agama mereka. Kedamaian tercipta di Baitul Maqdis berkat kebijaksanaan pemimpin umat islam yang dimana berjanji akan melindungi semua umat beragama disana. Tiga agama yaitu Islam, Kristen dan Yahudi dapat hidup berdampingan. Penaklukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab yaitu pada tahun 637 hingga 462 M, setelah itu, Baitul Maqdis (Kota Yerusalem) ditaklukkan oleh Tentara Salib pada masa Perang Salib I.
Penyebab Perang Salib terjadi berawal pada tahun 1096, Dinasti Saljuk yang kala itu menerapkan kebijakan pelarangan bagi umat nasrani mengunjungi Yerusalem bahkan menganiaya umat nasrani. Kebijakan pelarangan tersebut tersebar luas hingga sampai ke kaum nasrani di Eropa, kebijakan tersebut mengundang rasa kekesalan mereka kepada Dinasti Saljuk yang pada akhirnya terlahirlah sebuah gerakan pembebasan. Gerakan pembebasan tersebut dikenal dengan Perang Salib yang berlangsung sejak 1096-1291 yang pada akhirnya Yerusalem jatuh kepada umat nasrani. Terjadi tiga gelombang Perang Salib. Perang Salib I diinisiasi oleh Paus Urbanus II dan Peters Amin, mereka gencar menyerukan perebutan Yerusalem kepada Keuskupan Agung dan kalangan luas.