Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Seorang Wanita dengan Saujananya

Diperbarui: 22 September 2020   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://cdn.pixabay.com

Kau berdiri di perempatan malam yang lupa telah mengenal purnama. Sorot matamu menghunjam kegelapan secara sempurna. Kau berharap menemukan sekumpulan rasi. Di langit yang sedang pucat pasi. Setelah mengiris bulan September. Melalui ketajaman hujan yang turun menyerupai gletser.

Kau mencari-cari dengan gamang. Di mana gerangan sarang kunang-kunang. Kau ingin meminjam setitik cahaya. Untuk menyalakan pelita di hatimu yang bermuram durja.

Bukan karena teriris duka. Atau tersayat nestapa. Kau hanya sedang meramu sandyakala. Dari sekian usia yang telah kau lalui. Berapa banyak cinta yang bisa kau temui.

Hari ini, kau kembali menjumpai pusat rasi tempatmu menanam tembuni. Bagimu, berkekasih sunyi telah terlampaui. Kini saatnya memanen remah-remah matahari. Agar kau bisa menanami terik dengan bunga. Agar kau bisa mendulang cahaya sejauh saujana.

Malam ini, ada irisan takdir yang mesti kau tulis. Bagimu, sajak-sajak liris adalah gerimis. Sekarang waktunya membaca buku tidak dengan hati gagu. Karena kau telah menyimpan baik-baik samsara masa lalu.

Bogor, 22 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline